Kisah Halmikkot (Bunga Nenek)


Di Korea ada satu bunga yang disebut Halmikkot yang berarti ‘bunga nenek’, dan dalam istilah ilmiah dikenal ‘Pulsatilla Koreana’. Karena bunga ini mempunyai batang melengkung seperti pinggang membungkuk seorang nenek, dan bulu putih di bagian bunga seperti rambut uban seorang nenek. Bunga yang hanya tumbuh di Korea dan beberapa wilayah di Cina, mengandung cerita yang cukup menyedihkan.

Di sebuah desa kecil, seorang nenek tinggal bersama dengan 3 cucu putri. Sang nenek itu sangat menyayangi ketiga putri tersebut dan mengasuhnya sampai besar dengan sepenuh hati.

Namun, putri pertama dan putri kedua mempunayi kesukaan tersendiri yaitu mereka berdua senang berdandan dan mereka tidak begitu peduli dengan neneknya. Tapi putri bungsu sebaliknya, dia justru suka memperhatikan neneknya. Dengan kata lain, putri bontot ini adalah tipe seorang putri yang penuh bakti kepada neneknya.
Beberapa tahun berlalu, si putri sulung melangsungkan masa pernikahannya dan dia sangat beruntung, karena dia dapat menikah dengan seorang laki-laki kaya.
Sang nenek yang sedih harus merelakan pergi si putri sulung dari asuhan dan pelukannya. Tidak lama kemudian, putri kedua juga melintangkan janurnya dengan kawin bersama seorang laki-laki keturunan bangsawan yang cukup terhormat.
Pada akhirnya, si putri bungsu juga menyambut usianya untuk melangsungkan pernikahanya. Namun, si bungsu ini tidak mau berpisah dengan sang nenek dan masih ingin tinggal bersamanya. Akan tetapi, sang nenek ingin membiarkan cucunya menjalani hidup bahagia setelah menikah, dan si nenak tidak mau melihat cucunya di sisinya ketika dia sendiri sudah tua.
Si bungsu sambil nangis meninggalkan sang nenek.
Setelah satu tahun berlalu sejak si bungsu menikah, sang nenek yang tinggal sendirian menjadi kangen sama cucu-cucu yang sudah menikah. Rambut nenek sudah ubanan semua dan pinggangnya juga kelihatan membungkuk. Penampilan sang nenek terlihat lemah dan jorok. Sang nenek yang ingin sekali bertemu dengan cucu-cucu memutuskan untuk mengunjungi rumah mereka, walaupun tetangga-tetangga lainnya tidak setuju.
Nah, disini perlu kita tahu bahwa, pada jaman dahulu di Korea, jika putrinya sudah menikah, keluarga menganggapnya bukan keluarga sendiri walaupun ingin sekali bertemu, karena pada jaman dahulu di Korea sistem partriarkat, yaitu struktur komunitas dimana kaum lelaki yang memegang kekuasaan.

Nah, balik ke cerita, akhirnya sang nenek pergi ke rumah putri sulung. Akan tetapi si sulung yang merasa malu dengan penampilan nenek yang begitu jorok, dan takut dilihat oleh keluarga suami, tidak menyambut neneknya ke rumah, dan malah mengusir neneknya.

Nenek yang diusir keluar rumah si sulung, kali ini mengunjungi rumah putri kedua. Syukurlah putri kedua menyambut nenek dengan gembira ke dalam rumah. Hari itu di keluarga putri kedua diadakan upacara sesajen untuk nenek moyang. Walaupun sang nenek merasa kelaparan, tapi takut dengan putri kedua akan dimarahi oleh keluarganya tidak meminta makanan dan keluar rumah dengan diam-diam.
Begitu keluar dari rumah putri kedua, sang nenek langsung menuju ke rumah si bungsu yang tadinya tidak mau meninggalkan neneknya. Tapi, tiba-tiba badai salju menimpah dan angin kencang bertiup. Akhirnya, sang nenek yang sudah menjadi lemah kabur di tengah jalan ke rumah si bungsu dengan tidak dapat melihat wajah cucunya.
Hari berikutnya sudah pagi, si bungsu yang keluar rumah ketemu sang nenek dengan tubuh yang sudah kedinginan. Si bungsu kaget dan langsung menangis sambil memanggil neneknya berulang-ulang…nenek, nenek… tapi sang nenek tidak membuka matanya lagi. Sang nenek memghabiskan naspas terakhirnya di depan rumah si putri bontot dan putri bontot ini membuat kuburan buat nenek di tempat yang bagus, dan kemudian hari waktu berkunjung ke kuburan, sebatang bunga yang tidak tahu namanya berkembang diatas kuburan yang sangat mirip dengan penampilan nenek.. Rambut uban dan pinggang yang membungkuk....

Infromasi Wisata

Untuk melestarikan dan menjaga dengan baik Bunga Nenek yang tidak tumbuh di negara lain, kota Jeongseon di provinsi Gangwon, setiap tahun membuka Festival Halmikkot atau Bunga Nenek. Tahun ini, menyambut ke-5 kali pada bulan April lalu dan mengadakan pameran foto bunga nenek, lomba puisi bertema bunga nenek, dll.. Kota Jeongseon menetapkan bunga nenek sebagai lambang kota juga.



IiniSajaMo via kbs


Comments