Raja Gongmin, Reformis Yang Belum Sempurna

Raja Yang Sukses Atau Raja Yang Gagal?
Diantara raja di dinasti Goryeo, raja ke-31, yaitu raja Gongmin merupakan raja yang ternama, kecuali raja pendiri dinasti Goryeo, yaitu raja Taejo yang nama aslinya Wang Geon. Penampilan raja Gongmin dinilai agak rendah diri dibandingkan dengan Wang Geon... Kalau begitu, apakah raja Gongmin dapat dikatakan sebagai raja yang sukses atau raja yang gagal? 

Tahta Raja Yang Dia Naiki Pada Masa Kontroversi
Saat mengungkapkan raja Gongmin, situasi internasional pada waktu itu harus dibicarakan. Penyebarluasan teritorial Mongolia yang dimulai sejak era Jenghiz Khan membuat dinasti Goryeo menghadapi masa kontroversi. Dinasti Goryeo memilih tantangan dengan Mongolia karena Mongolia menuntut upeti yang berlebihan. Akibatnya, Perang antara Goryeo dan Mongolia pertama terjadi pada tahun 1231 dan setelah itu Goryeo berperang dengan Mongolia untuk ketujuh kalinya selama 40 tahun.

Walaupun Goryeo ingin menang dalam perang dengan Mongolia dengan menyempurnakan Tripitaka Palman yang mengandung keinginan kemenangan, namun akhirnya Goryeo tidak dapat terlepas dari campur tangan kerajaan Yuan, Cina sejak tahun 1270. Setelah itu, kata 'Chung' yang berarti 'kesetiaan terhadap Yuan' harus digunakan dengan nama raja-raja Goryeo seperti raja Chungryeol, raja Chungseon, dll. Selain itu, banyak raja pernah naik tahta dan dipecat secara berulang kali. Demikianlah, dinasti Goryeo mengalami ketidakstabilan dan pada waktu itu, raja Gongmin naik tahta sebagai raja ke-31 dinasti Goryeo. 

Membuka Layar Untuk Reformasi
Raja Gongmin lahir pada tahun 1351 sebagai putra kedua dari raja Chungsuk dan dia tinggal di negara Yuan selama 10 tahun sebagai tawanan setelah dikirim ke istana Yuan saat dia berusia 12 tahun. Saat dia beranjak usia 21 tahun, dia menikah dengan putri Yuan, ratu Noguk, dan berhasil naik tahta pada tahun berikutnya. Namun, raja Gongmin yang mendominasi kekuasaan melaksanakan 'kebijakan anti-Yuan'.

Pada tahun 1352, raja Gongmin menyingkirkan seluruh aristokrat dan pejabat pro-Mongol dan mencabut kebiasaan yang bergaya Yuan. Selain itu, raja Gongmin berhasil merebut kembali provinsi-provinsi bagian utara yang dirampok oleh Yuan dan melantik biksu, Shin Don yang juga merupakan seorang reformis. Tanah yang dirampok oleh bangsawan dikembalikan kepada pemilik tanah dan orang-orang yang dijadikan budak dengan tuduhan yang tidak adil juga dibebaskan.  

Kekuasaan Raja Yang Tergoyang
Namun demikian, reformasi raja Gongmin menghadapi rintangan akibat tantangan kalangan bangsawan dan tekanan dari Yuan. Sangat disayangkan, invasi dari pasukan Sorban Merah mengacaubalaukan keadaan negara dan ratu Noguk yang mendukung reformasi raja Gongmin juga meninggal dunia pada tahun 1365. Akibatnya, raja Gongmin yang merasa kecewa hanya memusatkan pikiran untuk menegenang isterinya dengan menyerahkan tugas reformasi kepada biksu Shin Don.

Namun, hal tersebut membuat kalangan bangsawan lebih ofensif dan akhirnya raja Gongmin dibunuh oleh kelompok pelindung raja pada tahun 1374. Demikianlah, raja Gongmin yang dianggap sebagai harapan terakhir dari dinasti Goryeo meninggal dunia dan akhirnya Goryeo juga runtuh pada masa pimpinan raja ke-32 yaitu raja U. Oleh karena itu, kebijakan reformasi dan penampilan raja Gongmin yang setia tidak cemerlang, melainkan hanya dikenang sebagai seorang tokoh reformis yang belum sempurna.

IniSajaMo@KBS






Comments