Harapan bagi Walikota baru Seoul

 

Walikota baru Seoul, Park Won-soon telah memulai tugas resminya dengan mengunjungi beberapa pasar ikan dan taman makam nasional pada hari Kamis pagi. Kamis kemarin adalah hari pertama masa bakti Park sebagai walikota Seoul yang akan berlangsung hingga bulan Juni 2014. Kemenangan Park, pengacara yang juga seorang aktivis kemasyarakatan itu, membawa arti penting sebagai seorang reformis liberal yang telah memimpin komunitas sipil, yang bukan berasal dari kalangan partai, untuk mengambil alih pimpinan walikota Seoul.

Kemenangan Park tidak hanya sekedar disebabkan oleh sebuah sosok pribadi seorang aktivis kemasyarakatan. Tetapi, terpilihnya Park adalah hasil dari dukungan nyata dan tidak nyata dari partai oposisi utama, Partai Demokrat -DP, organisasi-organisasi kemasyarakatan, wirausahawan dan juga seorang profesor Ahn Cheol-soo dan para warga masyarakat yang telah kecewa dengan partai-partai politik yang ada sekarang. Mereka semua adalah aset politik dan juga utang budi bagi Walikota Park.

Namun, jalan ke depan bagi Walikota Seoul masih penuh kerikil tajam. Selama masa istirahat bagi mantan walikota yang lama, Park akan harus membentuk tim kerjanya, membayar utang budi kepada DP dan partai-partai oposisi lainnya yang mendukungnya dalam pemilu sela yang berlangsung Rabu lalu. Lebih penting lagi pada kemenangan ini, Park harus memenuhi janji-janji kampanyenya yang akan mereformasi pemerintahan dan mengkoordinasikan konflik-konflik kepentingan. Selain itu, pemilu untuk wakil-wakil rakyat dan presiden ke depan akan menjadi beban berat bagi karir politiknya ke depan sebagai seorang aktivis kemasyarakatan.

Dalam hal ini, langkah pertama Park sebagai seorang Walikota Seoul harus secara jelas berbeda dengan langkah yang telah dilakukan oleh partai-partai politik yang ada selama ini. Dalam sebuah konferensi pers segera setelah dia terpilihnya, Walikota Park mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada semua kekuatan yang mendukungnya dalam proses integrasi dan perubahan serta mengatakan bahwa semangat koalisi akan direalisasikan dalam pemerintahannya. Walikota Park harus mawas diri untuk sekedar membagi-bagi kekuasaan dengan partai-partai politik sebagai penghargaan atas dukungan mereka dalam pilkada kemarin.

Disamping itu, Park, sebagai representasi dari politik kemasyarakatan, dituntut untuk menunjukkan kepemimpinan barunya sebagai seorang Walikota Seoul. Pengalaman Walikota Park ataupun kemampuannya dalam administrasi publik belum dibuktikan. Dia pandai dalam mengangkat masalah-masalah, namun belum terlihat bagaimana dia dapat mengkoordinasikan dan menyelesaikan ketegangan-ketegangan dan bagaimana reaksi dia dalam menerima timbulnya berbagai silang pandangan. Bahkan suara-suara yang mendukungnya menaruh kecurigaan terhadapnya, terkait proses yang terjadi dalam verifikasi calon. Dengan semua persoalan tersebut, Walikota Park harus menata dengan saksama bentuk pemerintahannya.


Sebuah perasaan “merasa dilupakan,” yang muncul dikalangan masyarakat yang berusia 20-an, 30-an dan 40-an tahun akibat kesenjangan sosial, jelas menjadi salah satu kekuatan yang membuat Park meraih kursi Walikota Seoul. Park berbicara tentang “harapan baru,” namun ketika dia ditanya tentang janji atau slogan kampanyanya, ada beberapa hal yang mengejutkan. Ide atau konsepnya tentang buruh, pajak dan bentuk lain dari sektor yang menyangkut kesejahteraan belum diungkapkan secara rinci.

Seorang pemimpin akan selalu dikritik oleh berbagai kalangan, khususnya rakyat, kecuali dia berhasil memenangkan hati rakyatnya. Dengan mengingat hal tersebut, Walikota Park Won-soon diharapkan dapat dengan sukses menjadi seorang pemimpin kota Seoul ke depan.



kbs
IniSajaMo

Comments