Jeong Ji-yong, Penyair Untuk Syair 'Nostalgia'




Nama Yang Terbayang Saat Menuju Kampung Halaman Yang Penuh Rasa Rindu

Walaupun hari raya tahun baru Imlek tidak begitu panjang, namun lebih 30 juta orang Korea mudik ke kampung halaman. Walaupun jalan-jalan macet sekali, namun warga masyarakat Korea rela menuju kampung halaman, karena ada kenangan masa kecil dan orang tua akan menyambut mereka dengan senang hati. Jika merasa rindu terhadap kampung halaman, ada seorang penyair yang langsung terbayang di dalam benak masyarakat Korea.


Anak Jenius Di Bidang Sastra Yang Lahir Di Okcheon

Karya syair dari Jeong Ji-yong yang sangat terkenal adalah syair berjudul 'Nostalgia'. Jeong Ji-yong yang lahir di Okcheon, Chungcheong Utara pada tahun 1902 membuka ufuk baru di bidang syair modern Korea lewat pengungkapan bahasa yang terasa halus, deskripsi alam yang teliti, dll.

Kampung halamannya terasa sangat indah, namun akibat bangkrutnya usaha ayahnya, Jeong Ji-yong mengalami kemiskinan. Oleh karena itu, Jeong Ji-yong selalu merindukan dunia yang diidam-idamkan yang sangat berbeda dengan dunia nyata yang dia alami.

Hal tersebut merangsang bakatnya dari segi sastra, sehingga Jeong Ji-yong mulai melakukan kegiatan sastra sejak dia berusia 17 tahun. Selain berbakat di bidang sastra, nilai kuliahnya cukup tinggi, sehingga dia mendapat beasiswa dari sekolah. Akhirnya, dia berhasil masuk ke fakultas bahasa Inggris dari Universitas Doshisha di Jepang. Demikianlah, dia melakukan debutnya baik di dunia sastra Korea maupun di dunia sastra Jepang.

Syair Korea Dimulai Dari Karya Jeong Ji-yong

Jeong Ji-yong mengibarkan namanya baik di Korea maupun di Jepang sebagai penyair baru. Setelah tamat di universitas pada tahun 1929, dia memimpin dunia syair Korea bersama penyair Kim Yeong-rang dan Park Yong-cheol. Pada tahun 1932, Jeong Ji-yong menjadi pusat perhatian di bidang sastra Korea dengan menampilkan 10 karya syair di dalam tiga buah majalah sastra.

Sebenarnya, 'buku syair Jeong Ji-yong' yang diterbitkan pada tahun 1935 memberikan 'dampak yang tenang' karena menunjukkan keindahan dari bahsa Korea, cara mengekspresikan yang terasa kreatif, penemuan bahan syair yang terasa modern, dll. Jeong Ji-yong berpengaruh besar kepada para sastrawan yunior dan menorehkan tinta emas dengan menemukan penyair yang jenius Lee Sang, grup penyair 'Cheongrokpa', dll. Namun, setelah kemerdekaan, kehidupannya berubah secara drastis.

Namanya Yang Tidak Dapat Terlupakan Dalam Mimpipun

Setelah kemerdekaan, Jeong Ji-yong mengecam keadaan suram dari segi sosial sebagai editor utama Harian Gyeonghyang serta menunjukkan semangat bangsa dan keadaan nyata yang tidak terungkap di dalam syair secara tajam dan sinikal. Namun, tulisan yang terasa tajam itu menimbulkan konflik dari segi ideologi, sehingga diberitakan secara keliru dia melakukan suaka politik ke Korea Utara.

Sebenarnya, diketahui bahwa dia meninggal dunia di dalam penjara di Korea Utara setelah ditangkap oleh pasukan Korea Utara saat pecahnya Perang Korea pada tahun 1950. Namun, akibat perbedaan pandangan mengenai Jeong Ji-yong, namanya tidak boleh disebutkan di dalam sejarah sastra Korea sampai tahun 1980-an. Namun, namanya tidak pernah terlupakan selama 40 tahun dan banyak warga masyarakat masih merindukannya seperti halnya kampung halaman.



Source :kbs co.kr.
Trans Ind :TR@IniSajaMo

Comments