Asal Muasal Celemek Haengjuchima




 Pada masa pemerintahan Raja Seonjo, Jenderal Kweon Yul melawan invasi tentara Jepang. Setelah dia mengalahkan tentara Jepang di kabupaten Geumsan pada tahun 1592, dia memindahkan perkemahan tentaranya ke benteng Haengjusanseong untuk mengembalikan ibukota pada tahun 1593. Dia mengumpulkan sekitar 10.000 pasukan tentara di benteng Haengjusanseong ini dan mempersiapkan diri untuk berperang dengan pasukan tentara Jepang. Di bawah pimpinan Jenderal Kweon Yul itu, para prajurit membuat bermacam-macam senjata khusus dan memperkuat benteng tersebut.

Sementara, pasukan tentara Jepang memiliki kekuatan luar biasa dan bersemangat tinggi, karena baru menang dari peperangan Byeokjeagwan. Pasukan tentara Jepang yang berjumlah 30-an ribu orang itu mengepung benteng berkali-kali, lalu menyerang 7 kali dalam sehari dengan keras. Pasukan tentara yang dipimpin Kweon Yul pun melakukan perlawanan dengan keras. Namun menjelang akhir peperangan, mereka kekurangan anak panah dan peluru. Dengan mengetahui keadaan seperti itu, pasukan tentera musuh terus lebih aktif melakukan penyerangan. Mereka mulai memanjat benteng dan oasukan tentara Kweon Yul menghalanginya dengan melempar batu dan menumpahkan air panas.

Pada saat itu, seorang ibu memandang kejadian itu dengan cemas. Kemudian akhirnya menyahut "Mari kita tolong mereka!" Ibu-ibu lain menyetujuinya dan mencari hal yang bisa mereka lakukan. Salah seorang ibu menyarankan bahwa ibu-ibu mendidihkan air dan mengantarkannya bersama dengan batu kepada pasukan tentara. Untuk mengantarkan batu-batu, mereka mengenakan lagi satu rok yang sengaja dipotong dengan pendek di atas rok panjang yang sudah dikenakannya. 

Disamping itu, mereka melemparkan potongan kain dari rok mereka itu ke arah musuh supaya mengganggu penglihatan mereka. Upaya itu mengacaukan suasana pasukan tentara musuh. Dengan demikian, peperangan itu dapat berakhir dengan cepat dan akhirnya, pasukan tentara Jepang menyerahkan diri dalam serangan terakhir dengan mengalami kerugian besar. Rok yang dipendekkan oleh ibu-ibu untuk mengantarkan batu-batu itu disebut Haengjuchima dengan arti, rok yang dipakai dalam peperangan di Hangjusanseong. 
Haengjuchima itu menjadi salah satu istilah untuk celemek dalam bahasa Korea selain Apchima.

Infromasi Wisata
Benteng Haengjusanseong yang terletak di kota Goyang, provinsi Gyeonggi. Daratan Korea terdiri atas banyak hamparan gunung, sehingga terdapat juga banyak benteng. Benteng yang dibangun di sepanjang punggung gunung itu pada zaman dahulu dimanfaatkan untuk melemahkan daya serangan musuh dan sekaligus menjadi tempat pemukiman rakyat pada saat peperangan.

Peperangan yang terjadi di benteng Haengjusanseong itu disebut Haengjudaecheop dan termasuk dalam 3 peperangan besar dalam invasi Jepang pada zaman kerajaan Joseon. Haengjusanseong cukup dekat dari Seoul dan dapat dicapai dengan kereta listrik bawah tanah jaluar 3.



Source : kbs world
Share to Ind :TR@IniSajaMo