Loyalis Park Je-sang




Teladan Sebagai Loyalis

Para sarjana atau ilmuwan pada masa lalu berupaya untuk mengibarkan namanya dengan menimba ilmu dan memimpin rakyat. Namun, menjadi loyalis sejati tidak begitu mudah dilaksanakan, karena tidak boleh ragu-ragu memberikan ungkapan yang benar kepada raja dan kadang-kadang harus menyerahkan jiwanya. Namun, ada seorang loyalis sejati yang rela menyerahkan jiwanya di era kerajaan Shilla.

 Menuju Ke Negara Musuh

Menurut biografi Park Je-sang dari buku sejarah 'Samguksagi', Park Je-sang yang lahir pada tahun 363 adalah keturunan dari pendiri Shilla Park Hyeokgeose dan juga keturunan dari raja ke-5 dari Shilla. Sejak masih kecil, Park Je-sang sangat pintar dan gagah. Saat dia memenuhi tugasnya sebagai pejabat negara di pemerintah daerah, dia disuruh oleh raja Nulji untuk masuk ke istana.

Pada waktu itu, raja Nulji merasa cemas akibat dua orang adik yang menjadi tawanan di negara musuh. Sebenarnya, ada kebiasaan di Shilla dimana mengirimkan anggota keluarga raja ke negara musuh untuk mencegah serangan dari negara kuat. Ayah dari raja Nulji, yaitu raja Naemul juga mengirimkan adik sepupunya bernama Shilseong ke Goguryeo, maka Shilseong tinggal di sana selama 10 tahun, sampai dia naik tahta menjadi raja pada tahun 401 sebagai pengganti putra mahkota yang masih kecil yang nantinya merupakan raja Nulji. Setelah Shilseong menjadi raja, dia juga mengirimkan dua putra dari raja Naemul ke negara lain, yaitu Misaheun ke Jepang dan Bokho ke Goguryeo untuk melakukan tindakan balasan kepada raja Naemul yang mengirimkan dia ke Goguryeo sebagai tawanan. Akibatnya, raja Nulji merasa cemas terhadap peristiwa itu, maka dia melakukan curhat kepada Park Je-sang. Setelah mendengarkan kecemasan dari raja, Park Je-sang langsung menuju Goguryeo, walaupun tidak ada perintah raja.

Menyelamatkan Bokho Dan Misaheun

Park Je-sang yang menghadapi raja Jangsu di Goguryeo pada tahun 418 bernegosiasi dengan bijaksana, sehingga berhasil membawa adik raja Nulji, yaitu Bokho ke Shilla. Setelah itu, dia langsung bertolak ke Jepang untuk menyelamatkan Misaheun, namun Jepang bukanlah negara mudah untuk dibujuk seperti halnya Goguryeo. Oleh karena itu, Park Je-sang sengaja memohon kepada raja Nulji untuk menyebarkan desas-desus bahwa 'Park Je-sang melarikan diri ke Jepang dengan mengkhianati Shilla'. Akhirnya, Park Je-sang berhasil memperoleh kepercayaan dari raja Jepang.

Pada waktu itu, Jepang siap untuk menyerang Shilla terlebih dahulu. Sehingga, Jepang ingin memanfaatkan Park Je-sang sebagai pelaku utama untuk menyerang Shilla. Di tengah-tengah kekacauan Jepang yang siap untuk berperang, Park Je-sang mengungkapkan jati dirinya untuk Misaheun, yang telah disandera selama 30 tahun sejak berusia sepuluh tahun, dan membantunya melarikan diri ke Silla dalam kabut.

Saya Bawahan Dari Shilla

Di depan raja Jepang yang marah, dia mengatakan, "Saya adalah orang Shilla dan datang ke Jepang untuk menyelamatkan putra demi raja saya. Tugas saya telah selesai, maka bunuhlah saya.' Penampilannya malah membuat raja Jepang terharu, sehingga raja Jepang minta kepada Park Je-sang untuk menjadi bawahannya. Namun, Park Je-sang menolak dan akhirnya dieksekusi.

Raja Nulji yang mendengarkan hal tersebut memberikan jabatan tinggi kepada Park Je-sang dan menjadikan putri kedua dari Park Je-sang sebagai isteri Misaheun. Namun, isteri dan 3 putri lain dari Park Je-sang meneteskan air mata di bukit Chisulryeong dengan memandang ke arah Jepang. Setelah itu, katanya 3 putri itu terbang dengan menjadi burung, dan isteri menjadi batu di lokasi itu. Park Je-sang memiliki kesetiaan untuk tanah airnya dan isterinya membatu, karena dia menunggu sang suami yang tidak kembali ke sisinya. Mereka semua menunjukkan kesetiaan konsisten.
 


Source : kbs world