Perjuangan Untuk Kemerdekaan, Yu Gwan-sun




Mengenang Pejuang Yu Gwan-sun Pada Hari Gerakan Kemerdekaan 1 Maret

Pada tanggal 1 Maret 1919, rakyat Korea yang kehilangan hak kedaulatan Korea memperjuangkan kemerdekaannya dari penjajahan Jepang dengan memproklamasikan surat proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh 33 orang wakil bangsa Korea. Obor untuk menyatakan kemerdekaan bangsa Korea dinyalahkan dengan terang dan seruan dari bangsa Korea berkumandang di seluruh daerah di Korea. Sebenarnya, jumlah demonstrasi pada waktu itu mencapai 1.542 kali, dan jumlah peserta juga mencapai 2 juta 23 ribu 89 orang. Menjelang hari gerakan kemerdekaan 1 Maret, ada seorang pejuang yang terlebih dahulu terbayang di dalam benak masyarakat Korea. Dia tiada lain adalah pejuang Yu Gwan-sun.


Putri Dari Korea Yang Memiliki Semangat Nasional Tersendiri

Yu Gwan-sun yang lahir pada tanggal 17 November dipengaruhi oleh ayahnya yang bergerak sebagai aktivis untuk mendidik bangsa dan menganut agama Kristen, sehingga dia memiliki semangat nasional yang mendalam sejak masih kecil. Khususnya, dia sangat pintar, bahkan bersifat aktif dan energetik. Oleh karena itu, Yu Gwan-sun memutuskan untuk menyelamatkan negara seperti halnya pejuang ternama Prancis, Joan of Arc.

Pada tahun 1919, kaisar Gojong wafat dan terdengar desas-desus mengenai alasan kematiannya yang mana kaisar Gojong dikabarkan telah diracuni oleh Jepang. Menjelang upacara pemakaman kaisar Gojong, kota Seoul diserbu oleh banyak orang dan pada tanggal 1 Maret, jutaan rakyat Korea menggelar demonstrasi secara damai. Dengan demikian, Yu Gwan-sun juga ikut hadir dalam gerakan kemerdekaan di taman Tapgol bersama 6 siswa lainnya. Setelah itu, jumlah siswa yang ikut hadir dalam gerakan kemerdekaan semakin meningkat, bahkan sekolah juga menjadi markas kegiatan demonstrasi. Untuk mencegah keadaan yang semakin memburuk, pemerintahan gubernur jenderal Jepang memerintah agar sekolah ditutup untuk sementara, sehingga Yu Gwan-sun terpaksa kembali ke kampung halaman. Namun, peristiwa itu menjadi dinamika bagi Yu yang turut serta secara lebih aktif dalam gerakan kemerdekaan.

Seruan Kemerdekaan Yang Berkumandang Di Pasar Aunae

Yu Gwan-sun yang kembali ke kampung halaman pada tanggal 13 Maret 1919 menyampaikan kabar mengenai gerakan demonstrasi tanggal 1 Maret dan membujuk para warga penduduk agar terus ikut hadir dalam gerakan tersebut. Akhirnya, pada tanggal 1 April, lebih 3.000 warga masyarakat berkumpul di pasar Aunae dan Yu Gwan-sun memperjuangkan kemerdekaan Korea dengan mengibarkan bendera Taegeukgi.

Dengan diawali kegiatan tersebut, ribuan rakyat Korea berdemonstrasi dengan mengibarkan bendera Taegeukgi, sehingga polisi Jepang menindas mereka secara brutal. Akibatnya, 19 orang termasuk orang- tua Yu Gwan-sun meninggal dunia, 30 orang yang tidak berdosa dan Yu Gwan-sun juga ditangkap.

Semangat Yang Tidak Kalah Dengan Ketidakbenaran

Walaupun dia disiksa oleh Jepang, dia terus meminta agar membebaskan orang-orang lainnnya. Akhirnya, Yu Gwan-sun diterjunkan ke penjara Seodaemun dan di sanapun, dia terus mengadakan kegiatan kemerdekaan di dalam penjara bersama para tahanan lainnya. Akibatnya, dia disiksa secara brutal, bahkan dia dipenjara di dalam penjara bawah tanah, sehingga dia meninggal dunia di dalam penjara pada tanggal 28 September 1920 dalam usia 18 tahun. Walaupun kehidupannya sangat pendek, namun semangat untuk menyatakan tekad kuatnya tidak kalah dengan orang dewasa. Dari segi itu, nama Yu Gwan-sun terus dikenang di dalam hati masyarakat Korea.

Source :  world.kbs.co.kr