Shin Qwae-dong



Sebuah alat musik tradisional Korea yang disebut Geomungo adalah salah satu alat musik gesek yang dimainkan oleh kaum sarjana pada masa lalu. Alat musik gesek ini dicipta oleh Wang San-ak, seorang perdana menteri pada Dinasti Goguryeo. Dikatakan ketika dia memainkan Geomungo ini, burung bangau hitam yang malambangkan masa damai kerajaan terbang dan menari-nari mengikuti irama instrumen itu. Setelah masa itu, jumlah orang yang mampu memainkan Geomungo tersebut hanya dihitung jari.

Ketika orang-orang meninggalkan dunia fana dan hidup menyendiri di pegunungan yang mendalam, kerajaan melaksanakan kebijakan untuk mendorong musisi muda berbakat untuk mewariskan tradisi kepada generasi mendatang. Selama zaman dinasti Joseon, hampir setiap sarjana mampu bermain Geomungo dan memiliki cita rasa seni. Mereka yang tidak bisa bermain pun merasa berkewajiban untuk menggantungkan Geomungo pada dinding ruang tamu di rumahnya.

Tapi sekitar satu abad yang lalu, muncul orang yang memainkan melodi Sanjo yang populer di kalangan rakyat jelata dengan Geomungo tersebut. Pada waktu itu, orang-orang mengeluhkan keadaan itu dan Geomungo yang dianggap mulia itu digunakan untuk permainan musik yang dinikmati kalangan rendah.

Musisi Shin Qwae-dong lahir di Iksan, provinsi Jeolla Utara pada tahun 1910. Ketika masih muda, dia belajar Ilmu Cina Klasik. Pada waktu itu, dia mulai mempelajari musik Pungryu yang tersebar luas di daerah tersebut. Kemudian, dia menemui musisi master Baek Nak-jun dan belajar Sanjo darinya. Dia sempat bergaul dengan ahli-ahli musik rakyat dan juga belajar bernyanyi Sori. Selain itu, Shin Qwae-dong mengembangkan jenre baru, Geomungo-byeongchang. Dalam melakukan Byeongchang, kemampuan musisi untuk menyanyi Sori dan ketrampilan untuk bermain Geomungo sama pentingnya.

Meskipun ada cukup banyak pemain yang pandai memainkan Geomungo, tapi sulit untuk menemukan mereka yang juga pantai bernyanyi. Hal itu menyebabkan Geomungo-byeongchang sulit diwariskan. Terlebih lagi, karena dawai Geomungo terbuat dari benang sutra yang berkanji, maka sangat sensitif terhadap kelembaban. Sehingga musisi Shin Qwae-dong dapat meramalkan cuaca, apakah akan hujan atau tidak pada tiga atau empat hari kemudian hanya dengan mendengarkan getaran dawai Ggeomungo. Boleh dikatakan dia telah menjadi satu dengan Geomungo dan menguasainya.

Pada tahun 1950, seorang asing yang mengunjungi Korea menulis tentang Shin setelah menonton pertunjukannya. "Seorang pria muncul di panggung. Dia memegang alat musik yang aneh. Dia memainkannya dengan duduk di atas tikar. Bunyi mendalam yang tak terekspresikan itu mulai memikat penonton. Itu Geomungo dan pemain itu adalah musisi master Shin Qwae-dong."


Source : world.kbs.co.kr
TR@IniSajaMo