Gyeongyangbangjuk (Waduk Gyeongyang)

  



Sekitar 500 tahun silam, sang bupati kota Kimjae bernama Kim Bang dialihkan ke kota Gwangju. Waktu Kim Bang menjabat di Kimjae, dia memimpin warga masyarakat untuk membentuk waduk raksasa ‘Byeokgoljae’, sehingga membuat Kimjae sebagai kota kaya akan pertanian. 

Namun saat Pak Kim Bang dialihkan ke kota Gwangju, keadaan Gwangju sangat parah dengan kemarau. Warga masyarakat Gwangjupun mengalami kemiskinan dengan terjadinya kemarau berlarut-larut selama bertahun-tahun. 

Merasa kasihan dengan rakyat Gwangju, Pak Kim Bang memutuskan untuk membuat waduk dengan menggunakan air kali yang mengalir dari gunung Mudeung.
Akan tetapi untuk membuat waduk, diperlukan banyak tenaga manusia dan juga dana besar. Kalau warga penduduk Gwangju tidak sanggup membuat waduk dengan kurangnya makanan dan gizi. Namun, Pak Kim Bang tidak punya ada cara jitu, selain berdoa kepada tuhan.

Pada suatu hari, Pak Kim Bang lagi giat menggali tanah untuk membuat waduk. Saat itu, dia menyentuh sarang semut dan ribuan semut keluar dari sarangnya. Pak Kim merasa kasihan dan meminta maaf dengan menghancurkan sarang yang dimiliki semut-semut itu, sehingga dia rela memindahkan sarang semut itu ke tempat yang lebih baik. 

Hari berikutnya, Pak Kim Bang menyaksikan hal yang aneh-aneh. Banyak sekali semut berkumpul di halaman rumah Pak Kim dan mereka membawa butir-butir beras, sehingga tertumpuk banyak beras di halamannya. Kejadian ajaib itu berlanjut hari-hari berikutnya. 

Pak Kim Bang berpikir, doa dan jerih payah sendiri untuk kenyamanan rakyatnya tidak menjadi sia-sia dan tuhan memberikan beras ini lewat semut-semut itu.
Pak Kim langsung mendistribusikan beras itu kepada warga penduduk Gwangju. Kemudian, seluruh rakyat di kota itu pun menjadi terharu dan mulai membantu membuat waduk dan akhirnya waduk bernama Gyeongyangbangjuk pun rampung. 

Mulai saat itu, tanah Gwangju menjadi subur dan lagu-lagu yang menyanyikan kebahagiaan masyarakat tidak berhenti kedengaran.
Infromasi Wisata
Gyeongyangbangjuk seluas 152.000 meter persegi itu merupakan bukan hanya menyajikan air untuk petanian rakyat Gwangju, tetepi juga menjadi distinasi wisata indah.

Namun demikian, lokasi dimana Gyeongyangbangjuk berada sudah diuruk pada tahun 1968 dan balai kota Gwangju didirikan di lokasi tersebut. Akan tetapi sekarang, balai kota juga dipindahkan ke tempat lain dan sekarang adanya mal besar. Banyak warga masyarakat merasa menyayangkan dengan hilangnya tempat bermakna dan menarik itu, namun kisah Pak Kim Bang yang berupaya demi rakyat Gwangju masih menjadi kenangan dalam hati masyarakat.



Source : kbs world