Di desa Wonpo Kecamatan Gogun Kabupaten Jindo tinggallah seorang pemuda bernama Kim Cheol-san dan beristrikan Im Yoon-hwa berusia 15 tahun. Suatu hari, sang suami tiba-tiba meninggal dunia dan si istri menjadi seorang janda muda tanpa anak. Walapun suaminya tidak ada lagi, dia menetapkan hati untuk tinggal sendiri dengan melayani ayah mertuanya yang buta.
Orang-orang desa memuji hati
baik si janda itu. Namun suatu hari, dia mendapat pesan bahwa ibu
kandungnya sedang sakit parah. Dia menitip ayah mertua buta itu kepada
tetangganya, lalu pergi mengunjungi ibunya. Namun, ketika tiba di rumah
ibu, dia baru menyadari bahwa dia dibohongi ibunya yang merasa kasihan
akan nasib buruk anak perempuannya itu untuk menikahkannya kembali.
Meskipun memahami maksud ibunya itu, dia tidak ingin menerima tawaran
itu, lalu melarikan diri ke rumah ayah mertua.
Seketika, dia tiba di
pelabuhan, tidak ada perahu dan dia dikejar oleh ibu dan keluarganya.
Dia berpikir lebih baik mati daripada menikah lagi dengan meninggalkan
ayah mertua buta yang kasihan. Dengan demikian, dia menghampiri tepi
suangi, tapi tiba-tiba seekor anjing Jindo yang dipelihara di rumah ayah
mertua dan memberi isyrat kepadanya untuk menunggangnya, lalu
memasukkan kedua kaki si janda itu. Setelah si janda menunggangnya, sang
anjing itu berenang sampai menyeberangi sungai. Setibanya seberang
sungai itu, si janda baru menyadari anjing itu berubah menjadi seekor
macan.
Dia tergesa-gesa menuju ke rumah ayah mertua yang sedang menolak
makan dan minum, karena dipikirkannya dibuang oleh si menantu. Ketika si
janda memasuki rumah dengan memanggil ayah mertua, sang ayah buta itu
keluar dari kamar untuk menyambut menantunya. Pada saat itulah mata sang
ayah terbuka dan dapat melihat. Sejak hari itu si janda hidup bahagia
bersama ayah mertuanya.
Suatu hari dalam mimpi si janda menghadapi macan yang sedang meminta tolong kepadanya. Macan itu adalah yang pernah menyeberangkan si janda di sungai saat melarikan diri dari rumah itu di daerah Jindo.
Si janda
terbangun, lalu pergi tergesa-gesa ke kaki gunung Mangbusan. Di sana,
orang-orang ingin membunuh macan tertangkap dengan bambu runcing. Si
Janda menghalangi dan meminta mereka untuk menyelamatkan macan itu,
karena dia dibantu oleh binatang penolong itu.
Memang orang-orang tidak
ingin percaya kepada si janda, tapi saat itu sang macan menyambut si
janda dengan mengipaskan ekornya. Setelah menyaksikannya, orang-orang
desa menganggap macan itu sebagai mahluk ajaib, lalu membebeskannya.
Tidak lama kemudian, sang ayah mertua meninggal, tapi si janda tetap
tinggal sendiri sebagai istri almarhun Kim Cheol-san.
Pada kemudian
hari, si janda pun meninggal. Seorang pejabat tinggi kerajaan bernama
Seong Su-muk mendengar tentang cerita si janda, Im Yoon-hwa itu dan
menyuruh membangun sebuah pavilion bernama Jeongryeogak untuk
memperingati kesetiaannya.
Infromasi Wisata |
Pavilion Jeongryeogak masih dipelihara oleh warga penduduk desa setempat dan sebuah selamatan bernama Dongjea diadakan setiap hari pertama bulan pertama Imlek. Bersama dengan itu, warga penduduk membersihkan rumput di kuburan si janda Im Yoon-hwa yang terletak di bukit di belakang desa Jangdeungri.
Warga penduduk setempat percaya jika memotong rumput pada kuburan itu, hasil penen keluarga pemotong rumput menjadi subur.
Source : kbs world
Shared by IniSajaMo
Credit image by Google
TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!