Raja Sejong Bagi Para Tunanetra, Park Du-seong

  

Huruf Braille, Cahaya Yang Menerangkan Dunia Gelap

Para tunanetra menggunakan huruf Braille untuk membaca dan menulis. Walaupun tidak dapat membaca tulisan secara langsung, para tunanetra memahami dunia lewat huruf Braille yang terdiri dari 6 titik dalam berbagai kombinasi yang ditonjolkan pada kertas sehingga dapat diraba. Demikianlah huruf Braille yang menjadi sarana komunikasi terpenting bagi tunanetra diciptakan berdasarkan pada pesan malam yang digunakan oleh pasukan tentara pada tahun 1824.

Louis Braille yang bekerja sebagai guru di sekolah khusus tunanetra nasional Paris memperoleh ide lewat pesan malam tentara yang terdiri dari 12 titik timbul dan membuat huruf baru yang terdiri dari 6 titik timbul agar para tunanetra mudah mengenalnya. Dengan demikian, huruf Braille semakin terkenal bagi para tunanetra dan diakui sebagai sistem tulisan khusus tunanetra secara sah pada tahun 1854.

Pada penerapannya, ada kesulitan untuk menggunakan sistem gaya Barat tersebut dalam bahasa Korea. Akan tetapi, ada seorang tokoh yang berhasil menciptakan sistem huruf Braille Korea pada tahun 1926.




Huruf Braille Bahasa Korea, 'Hun-Maeng-Jeong-Eum'

Seperti halnya raja Sejong yang menciptakan huruf Korea demi rakyat, satu-satunya huruf khusus para tunanetra diciptakan oleh Park Du-seong.

Park Du-seong yang lahir di Ganghwa, Incheon pada tanggal 26 April 1888 mendapat pendidikan modern dan mengabdikan diri sebagai guru. Nama penanya 'Songam' yang ditetapkan oleh pendiri sekolah Bochang dan sekaligus juga pejuang kemerdekaan Lee Dong-hui berarti 'menjaga kesetiaan seperti pohon pinus.' Seperti makna nama penanya, dia memutuskan untuk menjalankan hidupnya untuk membantu orang-orang yang mengalami kesulitan.

Pada tahun 1913, Park Du-seong yang diangkat sebagai guru di sekolah khusus tunanetra di Seoul menerbitkan buku pelajaran huruf Braille dalam bahasa Jepang. Saat Jepang ingin mencabut waktu pendidikan bahasa Korea setelah gerakan kemerdekaan 1 Maret 1919, Park Du-seong menantang sekeras-kerasnya. 1 tahun kemudian, dia membentuk badan rahasia bersama murid-muridnya untuk mengembangkan huruf Braille Korea. Lewat penelitian selama 6 tahun, dia berhasil membuat huruf Braille bahasa Korea dan mengumumkannya dengan nama 'Hun-Maeng-Jeong-Eum' pada tanggal 4 November 1926 yang tepat dengan hari pengumuman huruf Korea 'Hun-Min-Jeong-Eum.'


Orang Yang Menyerahkan Kebahagiaan Diri Sendiri Untuk Orang Lain

Park Du-seong yang membuat huruf konsonan dan vokal dengan menggabungkan 6 titik timbul berupaya untuk memperkenalkan huruf tersebut kepada para tunanetra lewat pendidikan. Selain itu, dia menekankan betapa pentingnya belajar huruf Braille bagi tunanetra.

Demikianlah Park Du-seong yang berupaya untuk mendidik tunanetra diangkat sebagai Kepala Sekolah Yeonghwa di Incheon pada tahun 1936, dan menerjemahkan 76 buku bacaan dalam huruf Braille. Namun pada tahun 1963, dia meninggal dunia dalam usia 76 tahun.

Huruf Braille yang dia tinggalkan terus dikembangkan oleh murid-muridnya dan lewat beberapa tahap revisi, akhirnya 'rancangan huruf Braille Korea' disempurnakan pada tahun 1994. Memang, di era ini, buku-buku yang bersifat audio sangat tenar bagi tunanetra, namun lewat suara saja, para tunanetra tidak dapat belajar secara logis, sehingga buku-buku dengan huruf Braille sangat dibutuhkan bagi mereka. Park Du-seong yang selalu memenuhi keperluan para tunanetra.... Upaya dan prestasinya masih memberikan harapan kepada banyak orang.




Source : KBS world
Shared by IniSajaMo