Sarjana dan Penyair dari Joseon, Yun Seon-do



Memandang Bulan Dengan Duduk Di Atas Batu

Baru-baru ini, Lembaga Penelitian Warisan Budaya Nasional Korea telah berhasil menemukan batu yang dikuburkan di dalam tanah di pulau Bogil, kabupaten Wando, provinsi Jella Selatan. Batu yang memiliki panjang 360 cm, lebar 270 cm dan tinggi 95 cm berbentuk kura-kura, maka batu itu diperkirkan sebagai batu berbentuk kura-kura yang muncul di dalam buku 'Gosan Yugo' atau 'Bogildoji', yaitu batu dimana Yun Seon-do menikmati bulan di atasnya. Nah, dengan ditemukannya batu berharga yang didudukinya, siapa sebenarnya Yun Seon-do?


Loyalis Yang Memiliki Kesetiaan Sejati

Yun Seon-do yang lahir pada tahun 1585 tumbuh dalam budaya keluarga yang mementingkan kesetiaan sejati dan kebenaran hakiki. Selain itu, keluarga Yun tersebut tidak membedakan jenis ilmu yang dipelajari, sehingga kemampuan dan pengetahuan Yun Seon-do sangat tinggi, karena menimba ilmu di berbagai bidang meliputi ekonomi, medis, musik, geografi, dll.

Demikianlah, sejak masih kecil, Yun Seon-do sangat pandai dan bersifat adil, serta mulai naik jabatan setelah dia lulus ujian negara dalam usia 17 dan 26 tahun. Namun, pada tahun 1616 ketika dia sedang kuliah di Seonggyungwan, yaitu Universitas Konfusianisme Joseon, Yun Seon-do menyampaikan surat yang mengecam tindakan korupsi dari pejabat Yi Yi-cheom dan Yu Hui-bun kepada Gwanghaegun. Walaupun Yun Seon-do menyampaikan surat kritik dengan penuh kesetiaan, akibat penindasan kekuasaan pada waktu itu, akhirnya dia diasingkan ke pedalaman daerah sampai tahun 1623 ketika kudeta yang menempatkan Injo sebagai raja dengan menggulingkan Gwanghaegun.

Raja Injo yang menghargai Yun Seon-do mengangkatnya sebagai guru demi dua orang putra, sehingga Yun Seon-do mengajar mereka selama 5 tahun. Setelah itu, Yun Seon-do kembali lulus ujian dalam usia 47 tahun untuk melakukan kegiatan politik secara resmi.

Walaupun dia memangku jabatan sebagai gubernur di daerah Seonsan, provinsi Gyengsang, dia segera melepaskan jabatannya. Namun, saat terjadinya invasi kerajaan Qing ke Joseon pada tahun 1636, Yun Seon-do menuju medan perang ke pulau Ganghwa dimana dua orang putra menyembunyikan diri. Di tengah-tengah menuju Ganghwa, Yun Seon-do mendapat kabar bahwa raja Injo telah menyerah. Karena kecewa, Yun Seon-do berniat pergi ke pulau Jeju, namun dia tinggal lama di pulau Bogil dimana kebetulan dia mampir.

Harapan Yang Ditemukan Kembali Di Dalam Penyembunyian

Saat dia mendarat di pulau Bogil yang indah itu, Yun Seon-do berusia 51 tahun. Namun di sana, Yun Seon-do menghadapi titik tolak dalam kehidupannya. Setelah terpikat hati pada keindahan alam dari pulau Bogil, hati Yun Seon-do terhibur dan menciptakan karya sastra yang sangat berharga dalam sejarah sastra Korea. Karya-karya itu dapat dikatakan sebagai hasil karya terindah yang digabungkan dengan pengetahuan Yun Seon-do dan keindahan pulau Bogil. Demikianlah Yun Seon-do ingin tinggal di sana sambil membaca tulisan dan menciptakan karya.

Namun, dia tetap menyampaikan surat kritik saat urusan negara dinilainya menyimpang, sehingga dia dibuang ke tempat pengasingan selama 14 tahun. Saat Yun Seon-do berusia 81 tahun, dia kembali ke pulau Bogil dan dia menikmati masa akhirnya di sana sambil menciptakan syair sampai dia meninggal dunia dalam usia 85 tahun. Seperti makna nama penanya 'Gosan' yang berarti 'gunung sepi', Yun Seon-do berdiri tegak pada masa kekacauan, namun menjalani hidupnya seperti gunung yang memeluk segala alam sebagai sarjana dan penikmat alam.



Source : KBS World
S:IniSajaMo