Pada suatu hari, nenek duduk-duduk di tepi rawa di dekat desa Geumjeong, sambil mengeluhkan nasib burukya. Pada waktu itu, seekor burung bangau putih yang pincang hinggap di tepi rawa itu. Nenek merasa kasihan dan memperhatikannya. Seketika nenek pulang, burung bangau tetap berada di tepi rawa itu. Hari esoknya saat nenek kembali ke rawa, burung bangau itu masih berada di tempat semula. Pada hari ketiga juga burung bangau tidak pindah. Nenek yang merasa aneh mendekatinya, lalu dia terkejut karena burung bangau itu tidak lagi pincang. Ketika nenek menghampiri burung dengan lebih dekat, burung bangau itu baru menerbangi langit dan berputar-putar di atas kepala nenek itu seolah-olah pamit.
Nenek itu merasa aneh sekali sehingga meliht-lihat tempat dimana burung bangau berada. Di sana ada sebuah genangan air kecil yang penuh dengan air panas dan bening. Nenek memasukkan jari tangannya ke dalam air. Air itu benar panas. Kemudian, dia memasukkan kedua kakinya. Rasa hangat tersebarluaskan ke seluruh badannya dan perasaannya juga sangat enak. Sejak itu, nenek sering ke tempat itu dan memasukkan kakinya ke dalam air panas. Beberapa hari kemudian, dia merasakan kakinya yang kaku itu bisa bergerak.
Nenek itu makin hari makin sehat dan bugar. Warga penduduk desa menyaksikan si nenek mulai pulih secara berangsur-angsur. Akhirnya, banyak orang sakit dapat menyembuhkan dirinya dengan mandi di dalam air panas itu. Dengan demikian, tempat air panas itu mulai terkenal di selururh negeri.
Infromasi Wisata |
Source ;http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_legend_detail.htm?No=42829
~TR@IniSajaMo~
DO NOT COPY WITHOUT FULL CREDIT !!