Baramgot

 
 
Putri Bari adalah dewi mitos Korea. Pada zaman dahulu, seorang raja yang memiliki enam oang putri begitu marah ketika dia mendapat putri ketujuhnya. Kemudian, dia memerintahkan putri bungsunya dibuang. Putri yang dibuang itu adalah putri Bari dan namanya memiliki makna, 'putri yang dibuang.' Meskipun putri itu dibesarkan tanpa mengenal orang tua kandung, dia mempertaruhkan hidupnya dan berupaya ke dalam dunia bawah untuk memperoleh obat yang dapat menyelamatkan orang-tuanya sakit keras. 
 
Dalam perjalanan ke akhirat, dia melakukan kebajikan kepada orang-orang yang ditemuinya dan berbakti kepada penjaga obat berupa air suci. Itulah sebabnya, putri Bari menjadi dewi yang bertanggung jawab atas perjalanan ke akhirat. Perjalanan dan peranan putri Bari yang menyelamatkan banyak nyawa boleh dikatakan mirip dengan peranan seorang dukun yang menghubungkan manusia dan dunia dewa. Oleh sebab itu, dukun di Korea menghormati putri Bari sebagai pelindung mereka.

Satu kelompok musik Gugak yang bernama Baramgot menunjukkan minat khusus dalam kisah mistik putri Bari tersebut. dengan menghadirkan cerita rakyat dengan musik tradisional kreatif. 
 
Nama kelompok Baramgot adalah kata majemuk yang terbentuk dari kata 'Baram' yang berarti, 'angin', dan "Got" yang berarti 'bumi dan air bertemu.' Baramgot dibentuk pada tahun 2004 oleh Won Il yang telah mencurahkan perhatian untuk menyediakan cara guna berkomunikasi antara musik tradisional dan modern. 
 
Baramgot terdiri dari musisi tradisional seperti Park Sun-a yang bermain Gayageum, Park U-jae yang bermin Geomungo, Lee A-ram yang bermain Daegeum, Park Jae-rok yang memainkan Sitar, instrumen string India, dan pemimpin kelompok Won Il yang memainkan Piri dan Perkusi selain melakukan kegiatan komposisi. Di antara mereka, Park Sun-a memiliki latar belakang istimewa. Dia lahir di Jepang dan belajar Gayageum di Sekolah Minjok terkait dengan Jochongryeon, pro-Pyongyang federasi warga Korea di Jepang. Dia juga belajar di Universitas Musik dan Tari Pyongyang di Korea Utara. Tapi sekarang, ia melakukan sebagian besar kegiatannya di Korea Selatan bersama dengan kelompok Baramgot. 
 
Tujuan utama Baramgot adalah untuk menciptakan kembali mitos atau legenda Korea dengan cara modern dan membaginya dengan warga dunia. Tahun lalu, kelompok ini mempertunjukkan permainan musik berjudul "Hari Pertama yang terakhir" berdasarkan subjek 'Kkokdu' dan mendapat tanggapan positif. 'Kkokdu' adalah boneka kayu yang menghiasi sebuah usungan jenazah yang membawa peti mati dengan orang yang sudah mati diletakkan di dalam. Ini biasanya dihiasi dengan bunga-bunga cantik dan boneka kayu tersebut. 
 
Bagi rakyat jelata yang hidup dalam kemiskinan sepanjang hidup mereka, usungan itu adalah kemewahan pertama dan sekaligus terakhir dalam kehidupan mereka. Jadi, kelompok ini bekerja pada musik kreatif yang mencari makna kehidupan dan kematian melalui Kkokdu. Baramgot telah mendapat sambutan hangat di Eropa jika mempertunjukkan pementasannya berdasarkan cerita, melodi dan ritme tradisional.
 
 
 
 
Source:kbsworld
IniSajaMo