Bintang Baru Bagi Agama Buddha Modern, Biksu Gyeongheo

 
 
Semangat Hidup Untuk Agama Buddha Korea

Seorang profesor dari Universitas Columbia, Robert Thurman yang dipilih oleh pihak majalah Time sebagai salah satu dari 25 tokoh yang berpengaruh besar di AS menyatakan rasa hormat terhadap biksu Gyeongheo sebagai berikutnya.

'Jikalau biksu Gyeongheo masih hidup, saya ingin menjadi muridnya.'

Prof. Robert Thurman yang pernah menjalani hidupnya sebagai biarawan yang berasal dari dunia Barat untuk pertama kali memilih biksu Gyeongheo sebagai biksu terhormat. Walaupun 100 tahun telah berlalu setelah biksu Gyeongheo tersebut masuk nirwana, dengan alasan apa, biksu Gyeongheo masih dihormati baik di dalam maupun luar negeri?

 Penerangan Sempurna Yang Diperoleh Lewat Penelesuran Kebenaran

Gyeongheo yang lahir di Jeonju pada tahun 1846 masuk ke kuil Cheonggye saat dia berusia 9 tahun. Abangnya, Taeheo juga menjalani kehidupan sebagai biarawan, sehingga menjadi biksu sangat wajar bagi dia. Di bawah ajaran biksu Gyeheo, Gyeongheo belajar selama 5 tahun, dan setelah itu, dia menuju kuil Donghak saat berusia 14 tahun untuk belajar kitab suci agama Buddha, Konfusianisme dan Taoisme di bawah ajaran biksu Manhwa. Gyeongheo sangat pintar, sehingga dia diangkat sebagai dosen yang meneruskan gurunya Manhwa di akademi Buddha.

Namun, saat dia menuju untuk bertemu dengan gurunya Gyeheo pada tahun 1879, dia merasa khawatir dan takut di desa yang diselimuti oleh penyakit kolera. Pada waktu itu, dia menyadari pengetahuan pada agama Buddha hanya tulisan saja saat manusia menghadapi keadaan hidup atau mati. Setelah itu, dia pulang ke kuil Donghak dan menjalankan meditasi selama 3 bulan untuk memperoleh penerangan sempurna.

Setelah itu, dia terus melanjutkan studinya dan mengajarkan 3 muridnya, Mangong, Hyewol, dan Suwol. Dia terus berupaya untuk mendidik biarawan muda dan juga mendirikan pusat meditasi Seon di seluruh daerah di Korea. Selain itu, dia menghidupkan tradisi mengenai salah satu cara meditasi dinamakan 'Angeo' yang berarti melakukan meditasi di satu tempat selama masa tertentu pada musim panas dan musim dingin. Demikianlah, meditasi Buddha di Korea dinamakan 'Seon' dikembangkan oleh biksu Gyeongheo yang dianggap sebagai perintis Buddhisme Seon Korea. Namun, juga ada penilaian yang berbeda mengenai hal tersebut.

 Kegiatan Aneh Dari Gyeongheo, Itulah Kesadaran Yang Lain

Sebenarnya, kehidupan Gyeongheo rupanya seperti serangkaian tindakan edan. Di tengah-tengah berjalan, dia langsung mencium wanita yang tidak dikenal dan juga minum minuman beralkohol. Oleh karena itu, banyak kalangan menyebutnya sebagai biksu ingkar. Namun, Gyeongheo melakukan kegiatan aneh itu sebagai salah satu cara meditasi untuk menegaskan hatinya apakah tergoda atau tidak saat dia melakukan kegiatan menyimpang itu. Demikianlah Gyeongheo mempraktekkan Seon di dalam kehidupan sehari-hari.

Gyeongheo meninggal dunia pada tahun 1912. Namun, sejumlah biarawan yang menerima ajaran dari Gyeongheo memimpin kampanye untuk membersihkan agama Buddha sejak tahun 1954 serta mengembangkan agama Buddha modern Korea. Biksu Gyeongheo yang menyalakan api Buddhisme Seon Korea... Dia adalah bunga teratai yang tidak ternodai oleh lumpur, walaupun dirinya terperosok ke dalam lumpur.



Source : kbsworld
Shared by IniSajaMo
TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!