Penyiar Park Du-jin



Surat Untuk Bulan Juli

Matahari di bulan Juli berbau anak singa
Matahari di bulan Juli berbau bunga mawar
Aku ingin memetik matahari itu untuk mengenakannya sebagai kalung
Aku ingin memanaskan hati saya sambil berlari di ladang rumput

Bulan Juli membuat kita ingin menikmati kebebasan terlepas dari kehidupan sehari-hari dan juga membuat kita merasa khawatir bagaimana melewati hari-hari di musim panas di bawah sinar mentari yang panas. Diantara syair-syair yang menyanyikan musim panas yang memberikan debaran hati dan kekhawatiran, syair Park Du-jin berjudul 'Surat Untuk Bulan Juli' menghanyutkan hati kita.

Setelah menerbitkan buku syair 'Cheongrokjip' bersama penyair Jo Ji-hun dan Park Mok-wol, penyair Park Du-jin dijuluki sebagai 'penyair dari grup Cheongrokpa' dan tetap menyajikan hubungan erat dengan alam.

Akan Menikmati Hari-hari Berjaya

Park Du-jin lahir di rumah petani di Anseong, provinsi Gyeonggi pada tahun 1916. Wilayah Anseong sangat makmur, sampai-sampai hasil pertanian berlimpah-limpah, maka warga penduduk di wilayah tersebut mengalami kesulitan di bawah penjajahan Jepang, karena pihak Jepang memeras tenaga manusia dan merampok hasil pertanian di daerah itu. Dengan demikian, Park Du-jin juga melewati masa kecil dalam keadaan miskin, namun sejak masih kecil, dia berimpian untuk menjadi sastrawan. Dia tetap berimpian untuk menikmati masa kejayaannya dengan menghilangkan rasa kecewa dan kesedihan yang terpendam di dalam lubuk hatinya sambil melihat penampilan matahari yang terbit pada pagi hari di atas gunung Cheongryong.


Penyair Dari Grup Penyair 'Cheongrokpa'

Park Du-jin yang bekerja di kantor bupati Anseong menjadi penyair pada tahun 1939 dengan mempelajari sastra secara autodidat. Sejumlah syair yang dia tulis mendapat rekomendasi dari penyiar Jeong Ji-yong, dan dia melakukan debutnya sebagai penyair bersama Jo Ji-hun dan Park Mok-wol.

Pada waktu itu, penyair Jeong Ji-yong memuji-muji syair Park Du-jin karena syairnya berbau alamiah dan setelah itu, Park Du-jin terus menampilkan berbagai karya syair yang bernilai tinggi. Park Du-jin mengungkapkan keindahan alam meliputi langit, pohon, laut, bunga, dll, dan pada tahun 1946, dia menerbitkan buku syair berjudul 'Cheongrokjip' untuk menunjukkan semangat bangsa Korea di masa penjajahan Jepang lewat alam. Demikianlah, syairnya bermanfaat untuk memperoleh semangat bagi orang-orang yang ditekan oleh Jepang. 

 Mengandung Tekad Kuatnya Di Dalam Syair

Park Du-jin berupaya untuk menjaga kemurnian syair dan berperan penting untuk menyambungkan syair sebelum kemerdekaan dan syair setelah kemerdekaan lewat kegiatan grup penyair 'Cheongrokpa.' Pada tahun 1949, dia menerbitkan buku syair pribadi pertama berjudul 'Matahari.'

Karya itu mengungkapkan kegembiraan dari kemerdekaan dan juga menjadi dinamika agar dia mulai menunjukkan perhatian pada kenyataan bangsa dan sejarah. Sambil mengalami Perang Korea, sejumlah kegiatan revolusi politik di Korea meliputi gerakan revolusi 19 April, kudeta 16 Mei, dll. Park Du-jin mengungkapkan kenyataan secara lebih realistis lewat syair.

Selain itu, dia membesarkan lebih 50 penyair dengan mengajarkan juniornya selama 40 tahun. Namun, dia meninggal dunia pada tahun 1998 dalam usia 82 tahun akibat mengidap penyakit. Sebelum kematiannya, Park Du-jin menerima hal tersebut secara alamiah. Demikianlah, Park Du-jin dapat dijuluki sebagai penyair dari alam. 




Source :KBS /TR











Comments