Pansori adalah lagu narasi yang menyanyikan sebuah kisah panjang dengan
iringan melodi dan irama. Di masa lalu, lagu yang dinikmati oleh
kalangan atas atau Yangban saja disebut Norae yang berarti lagu dalam
bahasa Korea.
Pada umumnya, kebanyakan orang berpikir bahwa penyanyi
Pansori bersuara rendah dan serak. Tetapi, penyanyi Seong Chang-sun
memiliki suara jelas dan bernada tinggi. Dia lahir di daerah Gwangju
pada tahun 1934. Sekarang umurnya 79 tahun, tapi dia masih
mempertahankan kesehatan dan suaranya yang baik, sehingga masih dapat
melakukan pertunjukan Pansori. Ayahnya, Seong Chang-sun sangat menyukai
Sori dan bergiat sebagai pemain Buk atau genderang. Berkat ayahnya, dia
sempat mendengar berbagai jenis nyanyian Sori sejak usia dini. Sewaktu
masih kecil, dia pergi menonton sebuah drama bersama dengan ibunya dan
terinspirasi oleh para aktor di panggung, lalu bercita-cita untuk
menjadi seorang aktris.
Pada usia 16 tahun, dia berhenti sekolah tanpa
memberitahu orang-tuanya dan meninggalkan rumah untuk mengikuti
rombongan Changgeuk. Dia belajar alat musik tradisional seperti
Ggayageum, Geomungo, dan Chilhyeongeum dalam rombongan itu. Namun, dia
tidak bisa belajar Sori yang tepat dan benar, karena Changgeukdan
sebagai rombongan seni berkeliling di seluruh negeri itu menyanyi Sori
yang digubah dengan singkat. Untuk belajar Pansori yang benar, dia
meninggalkan rombongan dan mendapat pelajaran resmi dari penyanyi Sori
terbaik pada waktu itu seperti Kim So-hui), Jeong-min Eung dan Park
Rok-ju. Karena belajar dengan sangat keras, dia mendapat nama julukan
'Pencuri Sori' dari guru-gurunya.
Mungkin saat yang paling mengharukan
bagi seorang penyanyi Sori adalah ketika terkesan dengan nyanyiannya
sendiri. Seong Chang-sun telah 2 kali mengalaminya saat seperti itu
dalam kehidupannya. Dia pernah menampilkan diri di Carnegie Hall di New
York. Dia merasa ragu apakah penonton asing dapat memahami pertunjukan
Sori. Tetapi, dia dapat merasakan nyanyian Sorinya menembus jantung
penonton, kemudian kembali kepadanya lagi dan bergema di seluruh ruang
konser itu.
Pertunjukan mempesonanya mendapat tepuk tangan berdiri dari
penonton. Pada waktu itu, dia hanya merasa bahagia saja tanpa lupa
membalas reaksi penonton asing itu, karena Sorinya dipahami dan
dinikmati oleh penonton awam tersebut.
Penyanyi Sori mengabdikan
hidupnya untuk Sori, karena keharuaan sekejap itu. Para penyanyi muda
melakukan pelatihan Sori sekuat tenaga agar dapat merasakan momen itu.
Boleh dikatakan bahwa tradisi diturunkan kepada generasi mendatang
melalui pengalaman pribadi seperti itu.
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah memberikan komentar dihalaman IniSajaMo