Pejuang Kemerdekaan Lee Bong-chang

 Pejuang Kemerdekaan <b>Lee Bong-chang</b>


Bom Yang Dilontarkan Kepada Raja Jepang Mengguncang Dunia

Pada pagi hari tanggal 8 Januari 1932 di Tokyo, Jepang, diadakanlah parade kaisar Jepang, Hirohito di sekitar Sakuradamon. Pada waktu itu, terjadi pengeboman, maka suasana di jalan tersebut menjadi kacau balau, dan kemudian seorang lelaki muda ditangkap oleh polisi Jepang. Orang yang menakutkan Jepang karena melemparkan granat kepada kaisar Jepang, dan akhirnya berpengaruh besar kepada bangsa yang ditindas di dunia itu tiada lain adalah pahlawan Korea, Lee Bong-chang. 




Semangat Anti-Jepang Yang Mulai Mekar

Lee Bong-chang lahir pada tanggal 10 Agustus tahun 1900 di Seoul. Walaupun dia tamat sekolah Munchang, Yongsan Seoul dalam usia 15 tahun, namun dia tidak melanjutkan ke sekolah tinggi akibat kemiskinan. Setelah itu, dia bekerja di toko roti yang dikelola oleh orang Jepang, namun dia berhenti kerja akibat perlakuan semena-mena yang berlebihan dari pemilik toko roti itu. Pada tahun 1918, Lee Bong-chang pergi ke Mancuria dan bekerja magang sebagai pengemudi kereta di Perusahaan Rel Mancuria Selatan. Namun, pada waktu itu, dia mendapat cemoohan dari pegawai Jepang karena dia orang Joseon, sehingga dia menyadari rasa malu dan sedih yang dia alami karena Joseon dijajah oleh Jepang.

Setelah itu, dia mendirikan organisasi anti Jepang pada tahun 1924. Lalu, dia pergi ke Jepang untuk mengenal musuh secara lebih mendalam. Di sana, dia belajar bahasa Jepang, rela menjadi anak angkat dari orang Jepang dengan mengubah namanya dengan gaya Jepang. Nama barunya adalah Kinosita, dan dia pun mengalami kehidupan seperti orang Jepang sambil melakukan berbagai macam pekerjaan. 




Menjadi Anggota Organisasi Pecinta Korea

Sambil menjalani kehidupannya di Jepang, dia menyadari secara lebih mendalam mengenai diskriminasi dan rasa malu yang dialami oleh orang Joseon. Akhirnya, dia menuju ke Shanghai, Cina pada bulan Desember tahun 1930 untuk melakukan perjuangan kemerdekaan. Namun, ketulusan hatinya tidak diterima pada awalnya. Para pejuang kemerdekaan Korea dan pihak pemerintah sementara di Shanghai, Cina mencurigai Lee Bong-chang yang menggunakan nama gaya Jepang. Namun, pejuang Kim Gu yang mengadakan pertemuan beberapa kali dengan Lee Bong-chang mengetahui ketulusan hati Lee Bong-chang. Maka, dia pun memberikan izin agar Lee Bong-chang bisa masuk ke dalam organisasi anti Jepang yang dia bentuk dan melaksanakan rencana pembunuhan kaisar Jepang. 



Kembang Api untuk Melawan Jepang

1 tahun diperlukan untuk persiapan rencana pembunuhan kaisar Jepang. Akhirnya, setelah dia berhasil memperoleh dua buah granat, dia menyatakan tekad kuatnya dengan membawa granat pada dua tangannya sembari menyaksikan bendera nasional Korea, Taegeukgi pada tanggal 13 Desember tahun 1931.

"Usia saya 31 tahun. Walaupun saya hidup satu tahun lagi, tidak ada kegembiraan yang melebihi apapun daripada saat ini. Mulai saat ini, saya melaksanakan tugas yang sangat mengagumkan dunia untuk merebut kemerdekaan dan kebebasan Korea."

Setelah itu, Lee Bong-chang pergi ke Jepang, dan menjalankan insiden pengeboman yang diarahkan kepada kaisar Jepang pada tanggal 8 Januari 1932. Lee Bong-chang yang langsung ditangkap oleh polisi Jepang itu divonis dengan hukuman mati dan dieksekusi pada tanggal 10 Oktober.

Walaupun kehidupannya yang singkat itu telah berakhir, namun insiden itu menimbulkan sensasi besar. Para pejuang kemerdekaan di luar negeri menyerbu pemerintah sementara di Shanghai, dan insiden tersebut juga berhasil menjadi pemicu ide seorang pejuang bernama Yun Bong-gil untuk melaksanakan 'insiden Taman Hongkou' pada tanggal 29 April tahun 1932.

Setelah kemerdekaan, Kim Gu menerima jenazah Lee Bong-chang dan menyemayamkannya pada Taman Makam Hyochang pada tahun 1946 bersama pahlawan Yun Bong-gil dan Baek Jeong-gi. Pemerintah Korea memberikan bintang tanda jasa tertinggi Korea pada tahun 1962, dan masyarakat Korea tetap mengenang Lee Bong-chang sebagai pahlawan yang penuh patriotisme.





Source : kbsworld












































































Comments