Gaya Makanan era Kerajaan Korea

 


Jika Anda penggemar K-drama seperti Daejanggeum atau Jewel In The Palace, pasti sering menyaksikan sajian masakan istana yang dihidangkan kepada keluarga raja. Seiring dengan makin populernya budaya Korea, banyak turis yang ingin mengetahui bagaimana sejarah dan gambaran singkat sajian kerajaan.

Makanan yang disiapkan untuk raja disebut dengan “sura” sedangkan meja yang digunakan untuk menata semua sajian disebut dengan “surasang”. Uniknya, kata-kata “sura” bukanlah kata asli Korea namun istilah dari Mongolia yang diperkenalkan pada Dinasti Goryeo. Surasang disajikan dua kali sehari yakni pada pukul 10 pagi dan 5 sore. Di antara waktu makan tersebut disajikan makanan ringan pada pukul 2 siang. Sedangkan untuk mengawali hari, dihidangkan chojoban atau sarapan pagi berupa semangkuk bubur.

 

Saat masa pemerintahan Raja Gojong dari dinasti Joseon, kerajaan tidak mengenal minuman beralkohol. Selama periode pemerintahannya yakni pada 1863 – 1907, istana lebih mengenal ciders dan sikhye. Ciders dan sihkye adalah minuman yang terbuat dari beras manis yang biasanya disantap saat menjelang tidur. Di musim dingin raja lebih memilih sajian seolleongtang yakni kaldu nasi yang dimakan dengan nasi dan mie hangat. Raja Gojong bukanlah penyuka pedas dan asin sehingga mie lebih sering dihiasi dengan irisan daging rebus dan taburan kacang pir dan pinus.

Berbeda dengan Raja Gojong, Raja Sunjong yang memerintah dari tahun 1907 – 1910 menyukai makanan yang lembut dan tidak asin. Seperti chaldoljoringae (bakso) atau hwangbokkkitang (sup dengan potongan daging sapi berbentuk dadu). Tidak hanya itu Raja Sunjong juga menyukai kkakdugi  yakni kimchi yang berbahan dasar lobak.

 

 Ada banyak aturan dan etika kerajaan yang berhubungan dengan tata cara makan. Misalnya, anggota keluarga kerajaan tidak berbagi meja. Pada sajian yang dihidangkan kepada raja ada 12 jenis lauk yang berbeda dan beberapa hidangan tambahan seperti dua jenis nasi yakni nasi  dan yang dicampur dengan kacang merah, dua jenis sup, tiga jenis kimchi, tiga jenis kecap dan satu hidangan kukus. Dua belas jenis lauk itu ditaruh di piring-piring kecil.

Melihat banyaknya makanan yang disajikan, beberapa orang mungkin menganggapnya sebagai pemborosan namun ternyata ada arti khusus dibalik semua itu. Makanan yang disajikan tersebut untuk mencerminkan kondisi masyarakat pada saat itu. Hal ini dikarenakan pada masa kerajaan banyak masyarakat yang memanen dan menangkap hasil laut terbaik mereka untuk dipersembahkan kepada raja. Melalui sekian banyak hidangan tersebut raja menjadi tahu keadaan rakyatnya.

Kesibukan para koki istana bertambah jika kerajaan sedang menggelar perjamuan khusus dalam acara penting seperti ulangtahun, penganugerahaan gelar baru, pernikahan, penunjukkan pangeran mahkota dan resepsi untuk menyambut utusan asing.

Salah satu restoran yang mencoba mengadaptasi sajian kerajaan adalah Seokparang Restaurant yang berada di Jogno-gu, Seoul. Restoran ini buka sejak pukul 12 siang hingga 10 malam. Untuk mencapai Seokparang Anda bisa naik bus nomor 7016, 7018, 7212, 1020, 1711 dan 7022.




Source :panduanwisata
Shared By IniSajaMo
















Comments