Tanggal 16 Februari lalu, masyarakat Korea diselimuti oleh suasana duka untuk memperingati mendiang kardinal Kim Su-hwan. Walaupun suasana pada hari itu tidak begitu ramai seperti halnya pada hari wafatnya tanggal 16 Februari tahun 2009, namun masyarakat Korea Selatan cukup dapat membayangkan penampilan mendiang kardinal Kim Su-hwan.
Walaupun dia duduk di jabatan tinggi sebagai kardinal pertama Korea, dia selalu merendahkan diri dan tetap mempraktekkan semangat membagi cinta dengan orang lain. Saat dia meninggal dunia, dia menyumbangkan selaput mata, dan hati yang agung itu membuat masyarakat Korea rela menyatakan untuk menyumbangkan organ tubuh. Demikianlah, kehidupannya membuat kita membayangkan kembali makna agama Katolik yang telah berakar di Korea.
Kedatangan Ajaran Dari Barat
Agama Katolik mulai diperkenalkan menjelang tahun 1603 setelah utusan yang mengunjungi Cina membawa buku tentang agama Katolik dan peta dunia. Pada waktu itu, agama Katolik tidak dianggap sebagai agama, melainkan sejenis ilmu. Namun, setelah seorang Korea bernama Yi Seung-hun yang dibaptis di Cina membangun gereja pertama tahun 1784, agama Katolik di Korea menyambut era baru.
Namun demikian, sebuah upacara selamatan yang dilakukan oleh seorang penganut agama Katolik, Yun Ji-chung sesuai dengan gaya Katolik tahun 1791 menjadi alasan ketika agama Katolik ditindas pemerintah. Walaupun raja-raja di Joseon mulai menindas agama Katolik dan para penganutnya, namun jumlah penganut Katolik makin lama makin meningkat. Sebuah ajaran dari Katolik, yaitu semua orang sama rata di depan Tuhan tanpa diskriminasi antara laki-laki dan wanita atau kalangan sosial cukup menanamkan harapan baru bagi masyarakat Joseon yang sangat kental Konfusianisme. Keluarga pastur pertama Korea, Kim Dae-geon tetap memiliki kepercayaan Katolik yang kuat walaupun sejumlah anggota keluarga dihukum mati karena membela agama Katolik. Demikianlah, kepercayaan agama Katolik itu cukup menetapkan arah hidup Kim Dae-geon yang baru lahir.
Memilih Arah Hidupnya Sebagai Pemeluk Katolik
Kim Dae-geon yang lahir pada tahun 1821 dari keluarga beragama Katolik mengalami kesulitan sejak masih kecil akibat penindasan agama Katolik. Setelah dia dibaptis oleh pastur Prancis, Pierre Philibert Maubant yang datang ke Korea tahun 1836, Kim Dae-geon diutus ke seminari di Makao untuk belajar ajaran Katolik. 6 tahun kemudian, dia ditahbiskan menjadi seorang pastur pertama Korea, serta kembali ke Korea. Menjadi pastur merupakan arah hidupnya yang dia jalani.
Jalan Menuju Ke Langit
Setelah kembali ke Korea, kehidupan Kim Dae-geon mengalami kesulitan. Di tengah-tengah dia berkhotbah dan menyebarkan ajaran-ajaran Injil, dia ditangkap dan akhirnya dihukum pancung pada tgl. 16 September dalam usia 25 tahun.
Jalan hidupnya sebagai pastur Katolik akhirnya merupakan pilihan untuk terpaksa menjadi syahid karena dia lahir di Joseon dimana umat Katolik ditindas keras. Namun demikian, dia tetap menyebarkan ajaran-ajaran Injil kepada masyarakat sampai dia meninggal dunia dan pengorbanan diri yang agung itu membuat sebuah agama yang menenangkan masyarakat sampai saat ini mengakar di Korea.
source KBS History
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah memberikan komentar dihalaman IniSajaMo