Pada masa lalu, seorang lelaki bermarga Lee
hidup bersama 3 anak dan istri. Dia adalah keturunan bangsawan yang
sudah sirna kekuatannya di dunia politik, sehingga keluarganya sangat
miskin. Suatu hari, Lee meninggal dunia, akhirnya istrinya harus
membesarkan ketiga anaknya dengan sendiri. Akan tetapi tidak lama
kemudian, istripun kena penyakit, sehingga tidak bisa mencari nafkah
lagi.
Sementara itu di desa sebelah, ada bangsawan bermarga Yun. Dia mempunyai anak tunggal laki-laki dan anaknya orang cacat. Anaknya seorang tuna wicara dan daya pikirannyapun tidak normal. Yun ingin sekali menikahi anaknya, tapi siapa yang ingin menikah sama orang seperti itu?
Nah, pada saat itu, Yun mendengar kabar bahwa di desa sebelah ada anak gadis yang hidup susah payah, yaitu anak almarhum Lee.
Akhirnya, Yun mengusulkan putri sulung Lee menjadikan menantu dengan menawarkan cukup banyak uang. Tapi istri Lee sama sekali tidak setuju. Walaupun kehidupannya tidak kaya dan badannya sakit, tidak bisa memberi putrinya kepada laki-laki yang mentalnya tidak normal. Namun, Yun ini tidak merasa putus asa, tapi langsung menawarkan sama anak sulung itu sambil mengatakan jika dia memberikan cukup banyak uang untuk dapat membeli obat guna menyembuhkan ibu dan kehidupannya keluarga juga akan bisa layak. Akhirnya putri sulung menerima usulannya dan pindah ke desa sebelah dimana suami yang tidak normal sedang menunggu.
Setelah menikah, kihidupannya hampir sama dengan neraka. Suaminya sama sekali tidak bisa ngomong, pemikirannya juga lebih kurang waras dibandingkan seorang anak bocah. Apalagi mertua juga menyulitkan dia, menyuruh ini dan itu. Putri Lee ini tidak henti-hentinya meneteskan airmatanya setiap hari. Akan tetapi, Lee berupaya berbakti kepada mertua.
Selama kurun waktu 3 tahun sudah berlalu, Lee merindukan ibu dan adik-adik yang tinggal di rumah. Lee meminta untuk membiarkannya bertemu dengan keluarganya, tapi mertua menolak sambil mengatakan ‘apakah kamu ingin melarikan diri karena suamimu orang cacat?’.
Kasihan melihatnya istri dimarahi, suami yang cacat mengajak istrinya ke luar dengan diam agar istri yang baik hati ini bisa ketemu dengan keluarga sendiri.
Lee melaju langsung ke rumah di desa sebelah dan ketemu dengan keluarganya. Ternyata penyakit ibu sudah sembuh dan kehidupannya juga sudah normal. Melihat keluarganya sudah bahagia, Lee segan pulang ke rumah dimana suami cacat dan mertua jahat tinggal. Akan tetapi ibu Lee memarahi anaknya agar dia bertanggung-jawab karena sudah menjadi keluarga disana.
Lee terlalu sedih meninggalkan ibu dan saudaranya, sehingga segan meninggalkannya dan berjalan dengan pelan-pelan sekali.
Begitu tiba di bukit dimana jalan ke arah desa asal Lee dan desa asal Yun bertemu, ternyata suami cacat yang menunggu terus Lee hampir ingin bunuh diri karena istrinya tidak ingin kembali lagi dengan terus membenturkan kepalanya ke batu. Lee berupaya menghentikan percobaaan bunuh dirinya, tapi suami cacat ini akhirnya meninggal dengan meninggalkan pesan bahwa hidup melarikan ke tempat lain.
Lee kehilangan suami cacat dan tidak menikah lagi selama beberapa tahun dan juga tidak mengunjungi ke rumahnya sendiri juga, tapi terus merindukan ibu dan saudaranya, pergi ke bukit tersebut setiap tgl. 17 Agustus.
Pada saat itu, ibu dan saudara Lee pun ingin sekali bertemu dengan anaknya yang semestinya menjalankan kehidupan dengan susah, datang juga ke bukit dimana jalan diantara desa bertemu, dan akhirnya mereka dapat ketemu dengan dramatis.
Setelah cerita itu disebar luaskan ke orang-orang lain, bukit itu dinamai ‘Mannal Gogae’ yang berarti ‘Bukit Bertemu’.
Sementara itu di desa sebelah, ada bangsawan bermarga Yun. Dia mempunyai anak tunggal laki-laki dan anaknya orang cacat. Anaknya seorang tuna wicara dan daya pikirannyapun tidak normal. Yun ingin sekali menikahi anaknya, tapi siapa yang ingin menikah sama orang seperti itu?
Nah, pada saat itu, Yun mendengar kabar bahwa di desa sebelah ada anak gadis yang hidup susah payah, yaitu anak almarhum Lee.
Akhirnya, Yun mengusulkan putri sulung Lee menjadikan menantu dengan menawarkan cukup banyak uang. Tapi istri Lee sama sekali tidak setuju. Walaupun kehidupannya tidak kaya dan badannya sakit, tidak bisa memberi putrinya kepada laki-laki yang mentalnya tidak normal. Namun, Yun ini tidak merasa putus asa, tapi langsung menawarkan sama anak sulung itu sambil mengatakan jika dia memberikan cukup banyak uang untuk dapat membeli obat guna menyembuhkan ibu dan kehidupannya keluarga juga akan bisa layak. Akhirnya putri sulung menerima usulannya dan pindah ke desa sebelah dimana suami yang tidak normal sedang menunggu.
Setelah menikah, kihidupannya hampir sama dengan neraka. Suaminya sama sekali tidak bisa ngomong, pemikirannya juga lebih kurang waras dibandingkan seorang anak bocah. Apalagi mertua juga menyulitkan dia, menyuruh ini dan itu. Putri Lee ini tidak henti-hentinya meneteskan airmatanya setiap hari. Akan tetapi, Lee berupaya berbakti kepada mertua.
Selama kurun waktu 3 tahun sudah berlalu, Lee merindukan ibu dan adik-adik yang tinggal di rumah. Lee meminta untuk membiarkannya bertemu dengan keluarganya, tapi mertua menolak sambil mengatakan ‘apakah kamu ingin melarikan diri karena suamimu orang cacat?’.
Kasihan melihatnya istri dimarahi, suami yang cacat mengajak istrinya ke luar dengan diam agar istri yang baik hati ini bisa ketemu dengan keluarga sendiri.
Lee melaju langsung ke rumah di desa sebelah dan ketemu dengan keluarganya. Ternyata penyakit ibu sudah sembuh dan kehidupannya juga sudah normal. Melihat keluarganya sudah bahagia, Lee segan pulang ke rumah dimana suami cacat dan mertua jahat tinggal. Akan tetapi ibu Lee memarahi anaknya agar dia bertanggung-jawab karena sudah menjadi keluarga disana.
Lee terlalu sedih meninggalkan ibu dan saudaranya, sehingga segan meninggalkannya dan berjalan dengan pelan-pelan sekali.
Begitu tiba di bukit dimana jalan ke arah desa asal Lee dan desa asal Yun bertemu, ternyata suami cacat yang menunggu terus Lee hampir ingin bunuh diri karena istrinya tidak ingin kembali lagi dengan terus membenturkan kepalanya ke batu. Lee berupaya menghentikan percobaaan bunuh dirinya, tapi suami cacat ini akhirnya meninggal dengan meninggalkan pesan bahwa hidup melarikan ke tempat lain.
Lee kehilangan suami cacat dan tidak menikah lagi selama beberapa tahun dan juga tidak mengunjungi ke rumahnya sendiri juga, tapi terus merindukan ibu dan saudaranya, pergi ke bukit tersebut setiap tgl. 17 Agustus.
Pada saat itu, ibu dan saudara Lee pun ingin sekali bertemu dengan anaknya yang semestinya menjalankan kehidupan dengan susah, datang juga ke bukit dimana jalan diantara desa bertemu, dan akhirnya mereka dapat ketemu dengan dramatis.
Setelah cerita itu disebar luaskan ke orang-orang lain, bukit itu dinamai ‘Mannal Gogae’ yang berarti ‘Bukit Bertemu’.
Infromasi Wisata |
Mannal Gogae atau bukit bertemua itu terletak diantara desa Woryeong-dong dan Hyeon-dong di kota Masan, provinsi Gyeongsang Selatan. Cerita legenda tersebut disampaikan dari mulut ke mulut, sehingga ada yang mengatakan ada suami cacat yang meninggal dan ada juga yang mengatakan bangsawan Yun rela membiarkan anak menantu bertemu dengan keluarganya setiap tgl. 17 Agustus ke bukit tersebut. Bagaimanapun juga, sejak jaman dahulu banyak orang kesini untuk bertemu seseorang, karena banyak orang sudah berpikir tempat itu sebagai tempat bertemu, sehingga tanpa hubungan dahulu apapun dapat ketemu denganya disana. Sampai sekarang pun Mannal Gogae itu dihargai sebagai lokasi penting, sehingga di Mannal Gogae disediakan upacara ‘Mannalje’ agar mendoakan kenyamanan masyarakat di sekitarnya.
IniSajaMo
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah memberikan komentar dihalaman IniSajaMo