Di daerah Gonjiam, terdapat sebuah batu besar
yang disebut Gonjibawi. Namun, pada zaman dahulu, batu itu memiliki
nama, Myobawi karena bentuknya berupa kucing. Batu besar itu berkaitan
dengan seorang jenderal bernama Shinrip di zaman kerajaan Joseon. Ketika
perang Jepang atau Imjinwaeran terjadi pada tahun 1592, jenderal
Shinrip bersama dengan tentaranya bertempur di daerah Chungju. Setelah
dikalahkan oleh tentara Jepang, dia menjatuhkan diri ke dalam air
sungai. Prajurit-prajuritnya ingin memindahkan jenazah jenderal Shinrip
ke ibukota.
Ketika melawati daerah Gonjiam itu, peti jenazah jenderal
tidak dapat bergerak. Sebab itu, anak buah terpaksa memakamkan jenazah
jenderal di daerah itu. Tetapi hal aneh terjadi sejak itu. Di tempat
tidak begitu jauh dari kuburan jenderal itu, terdapat sebuah batu berupa
kucing. Jika siapa saja yang sedang melewati batu itu dengan menunggang
kuda, mereka harus turun dari kuda dan berjalan karena sepatu kudanya
menempel pada tanah dan tidak bisa bergerak.
Pada suatu hari, seorang
cendekiawan melewati batu itu dengan menunggang kuda. Dia mengomel
dengan berkata walau kemarahan almarhum jenderal begitu besar, tidak
benar kalau merepotkan pejalan yang tidak bersalah. Sehabis dia berkata,
petir menghantam batu tersebut dan bagian atas batu berupa kepala
kucing jatuh ke tanah. Sejak itu, orang-orang bebas melewati jalan itu
dengan menunggang kuda.
Batu besar yang merupakan bagian bawah mencapai tinggi 3,6 meter dan lebar 5,9 meter. Sedangkan, batu kecil yang merupakan bagian bawah mencapai tinggi 2 meter dan lebar 4 meter. Di sela kedua batu besar itu, tumbuh sebatang tanaman menjalar dan bertahan hidup sekitar 300 tahun lebih hingga sekarang.
Infromasi Wisata |
http://world.kbs.co.kr/indonesian/TR