Pimatgol, gang belakang Jln. Jongro



Jika turis berkunjung ke Paris, Perancis, maka Menara Eifel akan mempesona mereka dan jalan Shangjelije(Champs-Elysees) juga kelihatan bagus, namun para pencinta Paris yang sebenarnya
ternyata lebih suka gang belakang Paris. Apa lagi, di toko buku ada banyak buku pedoman gang-gang kota Paris. Di kota Seoul juga ada gang yang menarik seperti gang belakang Paris, ya.., tempat itu tiada lain adalah Pimatgol. Apa arti nama gang Pimatgol? Walaupun ada juga orang yang mengenal nama Pimatgol karena banyak rumah makan yang membuat tamu dapat nikmati cita rasa makanan yang enak, namun asal katanya berasal dari "Pima", berarti menghindari kuda





Citra jalan Jongro di masa kerajaan Chosun yang jelas membedakan antara lapisan masyarakat tingkat atas, "Yangban" dan rakyat umum, "Pyongmin", jauh berbeda dengan citra di masa sekarang. Banyak orang dan pejalan kaki lalu lalang di jalan Jongro. Pada saat mereka melewati jalan itu, pembawa tandu berteriak untuk memberitahukan bawahan raja akan lewat, sementara rakyat umum, termasuk ibu-ibu yang menggendong anak dan laki-laki yang mengangkut barang pun harus berhenti berjalan dan menunduk dalam-dalam. Untuk melewati jalan Jongro yang sering dilewati orang lapisan atas, "Yangban", banyak memakan waktu, maka muncullah Pimatgol. Pimatgol merupakan gang yang menyimpan duka cita dan napas rakyat umum tingkat bawah selama 6 ratus tahun masa kerajaan Chosun. Rakyat umum memenuhi perut mereka di rumah makan yang sederhana jika lapar, dan menghilangkan rasa haus dengan minum minuman keras yang dibuat dari beras. Banyak rumah makan dan tempat minuman keras bermunculan dan selalu ramai dan penuh dengan orang.


Di masa lampau, Pimatgol melintang dari Kwanghwamun sampai Jalan Jongro 5, dan di belakang dua belah sisi jalan raya Jongro itu ada Pimatgol, namun sekarang menjadi pendek hanya dari depan toko buku besar "Kyobomungo" di Kwanghwamun sampai sekitar Jongmyo saja. Di Pimatgol, gang belakang yang sempit itu di masa kini juga banyak terdapat rumah makan sederhana yang cita rasa makanannya enak, namun harganya murah sekali.
Yolchajib", atau rumah makan "kereta api" adalah rumah makan yang terkemuka di Pimatgol. Rumah makan yang kelihatan tua itu pun terasa lebih akrab. Ruang yang kecil itu ramai dengan tamu yang sedang makan atau antri di luar untuk menunggu giliran masuk. Pimatgol terkenal dengan semacam Pizzanya Korea, Bindaedduk dan ikan bakar. Di situ juga ada gang yang dipadati olehh rumah makan yang menjual sup tulang dan daging sapi yang direbus selama waktu yang lama, 24 jam, yang disebut Haejangguk.


Di masa tahun 60-an dan 70-an, Pimatgol lebih ramai dengan kaum remaja yang datang ke 'night club' dan juga para cendikiawan yang diskusi tentang berbagai isu sosial dan politik sambil minum minuman keras sepanjang malam. Tempat itu masih banyak dikunjungi oleh para sopir taksi, karyawan pada jam makan siang, pria setengah baya yang tidak lupa cita rasa di masa lampau serta para muda mudi yang pacaran pada larut malam. Pimatgol merupakan tempat yang penuh kenangan dan persahabatan bagi orang dan juga warisan sejarah yang memuat semangat rakyat lapisan rendah di masa kerajaan Chosun.




Source :kbsworld
Tr@IniSajaMo