Jangdan (장단)



Jangdan adalah matra atau tekanan irama dengan pola tetap dan menentukan sifat dan perasaan yang dimiliki sebuah musik. Dalam kebanyakan musik tradisional Korea instrumen Janggu berbentuk jam pasir menguasai iramanya. Instrumen perkusi Janggu ini dimainkan dengan memukul menggunakan telapak tangan kiri dan tongkat bambu tipis yang disebut 'Chae'. Kadang-kadang cara bermain dan bunyi Janggu diungkapkan dalam kata-kata. Jika dipukul dengan kedua tangan, menyebut 'Deong'. Jika dipukul dengan tangan kiri saja, menyebut 'Kung'. Jika dipukul dengan tongkat bambu, Chae yang dipegang tangan kanan, menyebut 'Deok'. Jika dipukul dengan Chae ditambah teknik, menyebut 'Gideok' Jika di pukul pakai Chae disertai getaran, menyebut 'Deoreoreoreo'. Dan jika dipukul pendek seolah menandai titik, menyebut 'Deo'. Jangdan dapat diekspresikan dengan bervariasi tergantung pada pemain instrumen Janggu.

Musik tradisional Korea dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, yakni 'Jeongak' dan 'Minsokak'. Jeongak yang bermakna musik yang benar dimainkan di dalam istana dan dinikmati oleh kaum bangsawan. Sedangkan Minsokak adalah musik yang dinikmati oleh rakyat jelata. Untuk musik Jeongak biasanya sebuah Jangdan bernama 'Dodeuri' dipakai. Matra jangdan ini bersifat tidak lambat dan juga tidak cepat. Namun ada juga Jangdan yang bersifat cepat dan ceria, namanya 'Taryeong jangdan'.

Sementara para bangsawan pada masa silam menyanyikan puisi tradisional Korea yang disebut 'Sijo'. Karena lirik puisi diperpanjang ketika dinyanyikan, maka tidak mudah memahami syairnya. Selain itu Jangdan-nya juga rumit karena 4 matra dan 8 matra dipakai bergantian. Namun demikian, suara halus diiringi ritme lambat terasa seperti bunyi instrumen musik, bukan suara manusia.




IniSajaMo via KBS

Comments