Liberalisasi model rambut dan pakaian seragam pelajar


Inspektur pendidikan Metropolitan Seoul, Kwak No-hyun menyatakan dalam wawancara dengan media masa bahwa regulasi hak azasi pelajar yang akan ditetapkan tahun depan, akan berdasarkan pada pengumpulan pendapat dan kesepakatan masyarakat secara keseluruhan. Akan tetapi, regulasi itu akan diambil lebih dahulu sebelum dibuat peraturan, khusus bila mempertimbangkan disiplin pembatasan model rambut dan pakaian seragam yang dipaksakan.
Pernyataan Kwak menjadi fokus utama, karena mengisyaratkan bahwa liberalisasi model rambut dan pakaian seragam pelajar dapat dilaksanakan lebih dahulu oleh sekolah masing-masing, sebelum regulasi itu dibuat.


'Model rambut dan pakaian seragam pelajar'
Siswa-siswi Korea semestinya memangkas rambutnya dengan pendek dan mengenakan pakaian seragam di sekolah. Seragam sekolah itu diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1904 di sekolah Ehwa dengan pakaian tradisional Korea, Hanbok berwarna merah muda, terdiri dari celana dan jaket. Sekolah wanita Sookmyung memperkenalkan untuk pertama kalinya seragam bergaya Barat pada tahun 1907. Pada saat itu, sebagian pakaian seragam sekolah adalah Hanbok, padahal seluruh pakaian seragam berubah menjadi gaya Barat sampai tahun 1920. Pembatasan model rambut dan pakaian seragam dilanjutkan selama masa penjajahan Jepang dan juga terus sampai tahun 1980-an, setelah bangsa Korea memperoleh kemerdekaannya. Liberalisasi model rambut dan pakaian seragam itu diwujudkan pada 1983, namun tidak dapat dilanjutkan untuk lamanya. Pakaian seragam itu ditampilkan lagi pada akhir tahun 1980-an dan dilanjutkan sampai sekarang. Meskipun demikian, sekarang sekolah masing-masing dapat mengadopsi secara bebas pakaian seragam dan mengizinkan siswa-siswa lebih panjang rambutnya ketimbang saat sebelumnya.

'Perdebatan'
Sejarah pakaian seragam itu nampaknya melihat perdebatan yang lama seputar liberalisasi model rambut dan pakaian seragam. Dengan kembalinya ke masa pakaian seragam, usai liberalisasi sebentar itu, dimaksudkan untuk tidak menanggulangi efek sampingan dan akhirnya mengalahkan pendapat umum yang menentang. Liberalisasi model rambut dan pakaian seragam diisukan kembali sejak 20 tahun yang lalau, khusus inspektur Kwak terpilih dalam pemilihan kepala daerah pada awal tahun ini. Liberalisasi model rambut dan pakaian seragam pelajar merupakan janji-janji yang diungkapkan dalam kampanyenya. Dia sedang aktif membuat peraturuan tentang hak azasi pelajar, termasuk larangan hukuman jasmani di sekolah, serta liberalisasi model rambut dan pakaian seragam.



Setuju Menentang
Pendapat umum Liberaliasi model rambut dan pakaian seragam adalah masalah yang sangat akrab dengan hak dasar pelajar, hingga semestinya dilaksanakan secepat mungkin. Pembatasan itu tidak melanggar hak azasi, dan tetap dilanjutkan dengan maksud untuk pendidikan.
Disiplin pelajar Pakaian seragam yang dipaksakan dan potongan rambut pendek tidak dapat menjamin kedisiplinan. Disiplin itu dilaksanakan dengan cara yang lebih berpendidikan dan lebih bebas. Ciri khas anak belasan tahun adalah keinginannya untuk berbusana secara bebas dan menumbuhkan rambut dengan panjang. Keinginan serupa itu dapat bersifat liar secara bebas. Mereka bisa lepas dari kontrol dan kedisiplinan.
Beban orang tua Mempertimbangkan beban besar akibat harga pakaian seragam yang mahal, maka beban itu dikurangi dan memberikan bantuan kepada masyarakat umum. Penghapusan pakaian seragam malah lebih meningkat lagi harga pakaian. Rasa keterasingan antara orang yang kaya dan yang miskin juga menjadi lebih nyata. Hal itu dikarenakan gagalnya liberalisasi pakaian seragam pada tahun 1980-an. 

 
 
 
 KBS
 

Comments