Penyair Pejuang, Yi Yuk-sa


Pejuang Kemerdekaan Yang Menjanjikan Kemerdekaan
Belakangan ini, udara dingin yang sangat dahsyat menghantam seluruh pelosok dalam negeri Korea. Namun, pada masa penjahjahan Jepang, rasa sakit hati masyarakat Korea terhadap kehilangan hak kedaulatan terasa lebih dingin daripada dinginnya musim dingin. Pada masa itu, ada seorang penyair hebat yang menyanyikan musim semi, yaitu penyair Yi Yuk-sa yang menanamkan harapan lewat syair dan melakukan kegiatan guna meraih kemerdekaan. Nah, hari ini, mari kita cermati kehidupannya sebagai penyair dan sekaligus pejuang kemerdekaan.


Cendekiawan Yang Mementingkan Kesetiaan Daripada Keberuntungan
Nama asli dari Yi Yuk-sa yang lahir di Andong, Gyeongsang Utara adalah Yi Won-rok. Sejak kecil, dia mementingkan kesetiaan terhadap teman dan belajar ilmu baru. Setelah pulang ke Korea dengan menyelesaikan pelajaran di Jepang, dia melakukan dua jenis kegiatan.

Yang pertama adalah kegiatan untuk merebut kemerdekaan. Bersama abang dan adiknya, Yi Yuk-sa ikut serta dalam badan kemerdekaan anti Jepang, dan berperan sebagai pengantar dana pasukan. Saat terjadi sebuah kasus 'pengeboman cabang Bank Joseon' pada tahun 1927, dia ditahan dalam penjara selama 3 tahun. Pada waktu itu, nomor tahanan yang menunggu keputusan perkara adalah 64, serta dia membuat nama pena dengan Yuk-sa didasarkan pada nomornya enam dan empat. Nama pena itu membuat kita merasa malu, rasa kecewa terhadap sejarah dan terhina terhadap diri sendiri yang terpaksa dirasakan oleh seorang remaja pada masa penjajahan. Setelah itu, dia dipenjara sebanyak 17 kali, namun dia memperoleh harapan lewat syair.

Syair Yang Menjadi Harapan, Kegiatan Dan Semangat Baginya
Akibat siksaan yang berlebihan, kesehatannya semakin memburuk dan keadaan serupa itu membingunkan dia, bahwa apakah dia dapat terus melakukan kegiatan kemerdekaan atau berhenti melakukan perjuangan. Yang dia pilih adalah pena yang memiliki lebih banyak kekuatan. Dengan kata lain, lewat syair dan tulisan, dia ingin meningkatkan semangat kebangsaan. Dengan demikian, dia menjalani hidup sebagai penyair mulai tahun 1930. Setelah itu, dia menerbitkan banyak syair yang mengungkapkan situasi negara yang tragis dan gelap. Sementara itu, dia mendapat latihan militer untuk melawan Jepang pada tahun 1932. Saat semangat terhadap kemerdekaan agak turun, dia mengungkapkan kepercayaannya pada bagian akhir syair.

Namun, sebuah syair berjudul 'Ladang Yang Luas' yang diterbitkan pada tahun 1942 menjadi karya terakhir dari Yi Yuk-sa. Sangat disayangkan Yi Yuk-sa yang mempercayai kemerdekaan lewat syair meninggal dunia dalam penjara di Beijing, Cina pada bulan Januari tahun 1944.

Walaupun Yi Yuk-sa menyatakan tekad kuat lewat syair dalam hidupnya, namun dia tidak meninggalkan wasiat. Dia bukan hanya penyair pejuang, tetapi juga pejuang kemerdekaan yang mempraktekkan isi syair secara langsung. Dia meninggal dunia dalam penjara, namun kehidupannya dapat dikatakan sebagai perjuangan seperti syair dan syair seperti perjuangan.

Source KBS

Comments