Penyair, Manhae Han Yong-un

Han Yong-un Dan Eranya
Bulan Maret di Korea dimulai dengan seruan. Tanggal 1 Maret 1919, rakyat Korea yang kehilangan negara mengadakan aksi protes di jalan-jalan untuk menyatakan tekad kemerdekaan kepada seluruh dunia dengan mengumumkan Deklarasi Kemerdekaan. Namun, lebih 20 ribu rakyat diantara 1 juta 100 ribu rakyat yang ikut hadir dalam gerakan kemerdekaan sampai bulan April tahun itu tewas atau cedera, serta 47 ribu orang ditangkap oleh polisi Jepang. Akibatnya, rasa kecewa dan putus asa cepat menyelimuti bangsa Korea, namun ada seseorang yang menanamkan harapan baru. Dia tiada lain adalah penyair Han Yong-un yang mengubah kekecewaan sebagai harapan lewat syair 'Kesunyian Kekasih' atau 'The Silence of The Lover' yang mengandung arwah bangsa Korea. Nah, hari ini, mari kita cermati kehidupan Han Yong-un yang menjalani hidupnya sebagai pendeta Budha, penyair dan pejuang kemerdekaan.

Memeluk Agama Budha

Kuil Baekdam di provinsi Gangwon merupakan tempat yang menjadi titik tolak baru bagi Han Yong-un karena di sana, dia menjalani hidup baru sebagai biarawan Budha yang bernama 'Yong-un'.

Menjelang takdir Joseon ditangani Jepang, Han Young-un berupaya untuk memperoleh kembali hak negara lewat sejumlah kegiatan termasuk Revolusi Donghak, namun semuanya gagal. Dengan demikian, pada tahun 1905, dia masuk ke kuil Baekdam untuk menjadi biarawan dan menerbitkan buku atau majalah yang terkait dengan agama Budha agar agama Budha dimanfaatkan sebagai ajaran praktis demi rakyat.

Menyalakan Api Untuk Kemerdekaan
Han Yong-un ikut serta dalam Gerakan Kemerdekaan 1 Maret 1919 yang diprakarsai oleh dunia agama Budha Korea. Han Yong-un yang mewakili dunia agama Budha mengumumkan Deklarasi Kemerdekaan bersama pemimpin nasional bangsa Korea pada tanggal 1 Maret 1919. Pada hari itu, berjuta-juta rakyat Korea juga melakukan aksi gerakan kemerdekaan, namun para pemimpin nasional ditangkap oleh Jepang. Diantara 33 orang pemimpin nasional bangsa Korea, Han Yong-un dipenjara selama 3 tahun.

Walaupun pemerintah kolonial Jepang menyiksa Han Yong-un secara berlebihan, dia sama sekali tidak menyerah, malah dia menyampaikan tulisan yang mengandung tekad kuat untuk kemerdekaan Korea kepada pihak Jepang.


Mengungkapkan Kekasih Lewat Syair
Setelah terbebas dari penjara pada tahun 1922, Han Yong-un mendukung 'gerakan swasembada ekonomi'-'economic self-sufficiency movement' dan membuat syair yang mengandung harapan untuk kemerdekaan. Setelah itu, dia melancarkan kegiatan seperti kegiatan protes mengubah marga Korea dengan gaya Jepang,

Demikianlah, dia menjalani hidupnya sebagai biarawan, pejuang kemerdekaan dan penyair dengan memiliki patriotisme terhadap tanah airnya. Walaupun dia telah meninggal, namun syairnya tetap memberikan semangat dan harapan kepada masyarakat Korea.


Source: KBS Story

Comments