Gerakan demokrasi 19 April


Sebuah upacara peringatan Gerakan Demokrasi ke-51 tanggal 19 April diadakan pada hari Selasa di Pemakaman Demokrasi Nasional 19 April untuk mengenang semangat orang-orang Korea yang ambil bagian dalam pemberontakan sipil untuk memprotes rezim diktator dari mantan presiden Rhee Syngman dan memperoleh demokrasi. Perayaan tahun ini adalah berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena keturunan Mantan Presiden Rhee Syngman menyampaikan permintaan maaf resmi kepada keluarga mahasiswa yang meninggal selama demonstrasi untuk memprotes kecurangan pemungutan suara dalam pemilihan presiden pada saat itu.

Revolusi 19 April adalah sebuah revolusi demokratis yang dipimpin oleh mahasiswa pada bulan April 1960. Hal ini juga disebut Revolusi April atau Gerakan Demokrasi 19 April. Insiden yang memicu pemberontakan sipil adalah kecurangan pemungutan suara dalam pemilu yang berlangsung pada tgl. 15 Maret. Kecurngan itu adalah serangkaian praktek suara ilegal dan pelanggaran hukum pemilu yang dilakukan untuk mempertahankan presiden Rhee Syngman saat itu agar tetap bertahta di kantor kepresidenan. Tetapi, ini hanya menjadi pemicu yang menyebabkan kemarahan publik meledak. Masyarakat Korea telah merasakan kepedihan yang begitu lama atas penindasan rezim diktator Presiden Rhee. Sebagai presiden pertama Republik Korea, Rhee sebagian besar disebut-sebut sebagai bapak pendiri negara Korea, tetapi dia terlalu ambisius dan mencoba untuk menjadi penguasa seumur hidup dengan berulang kali melakukan amandemen konstitusi Korea.

Sementara itu, partai berkuasa Partai Demokrat pada saat itu yang telah lama memegang kekuasaan menyebabkan korupsi dan tingkah laku demikian mencapai puncaknya. Akhirnya, rakyat Korea tidak dapat menahan amarahnya sebelum revolusi dimulai. Apa yang membuat keadaan menjadi lebih buruk, Departemen Dalam Negeri dan instansi penegak hukum nasional berperan sebagai markas besar kampanye pemilu de facto, maka pemerintahan dictatorial itu terlibat dalam skandal pemilu. Para mahasiswa yang memimpin protes telah ditahan selama beberapa minggu sebelum Revolusi tanggal 19 April, namun insiden yang menyulut demonstrasi adalah penemuan tubuh jenajah seorang demonstran siswa. Tubuh Kim Ju-yeol, seorang siswa SMA swasta komersial yang telah turut ambil bagian dalam protes mengkritik kecurangan yang terjadi dalam pemilu pada saat itu, ditemukan di laut dengan granat gas air mata tertancap di matanya. Kabar kematian Kim menyebar dengan cepat ke seluruh pelosok negeri dan menyapu seluruh bangsa di dalam hiruk-pikuk demonstrasi anti-pemerintah, yang akhirnya memaksa Presiden Rhee mengundurkan diri pada tgl. 26 April.

Permintaan maaf dari keturunan Rhee Syngman


Mantan Presiden Rhee Syngman seharusnya meminta maaf atas tragis sejarah Korea, tetapi karena dia sudah meninggal. Maka anak angkatnya, peneliti Rhee In-soo, memberikan permintaan maaf resmi. Meskipun terlambat, permintaan maaf telah menempatkan penutupan untuk sebuah bab dalam sejarah Korea dan menawarkan kesempatan untuk rekonsiliasi. Filosofi mengatur Republik Korea tahun-tahun awal telah bertentangan dengan semangat demokrasi saat ini, tetapi permintaan maaf itu diharapkan akan menjadi momentum untuk membawa kedua belah pihak yang berlawanan untuk memberi pengampunan bersama-sama. Sejarahwan juga mengklaim bahwa prestasi Presiden Rhee, serta kesalahannya, harus dinilai secara objektif dan tepat.

Dia telah lama dikritik karena kediktatorannya, namun dia berperan penting dalam membentuk dasar bagi pemerintahan demokratis selama bertahun-tahun awal Korea. Namun, hal ini harus diakui juga, walaupun itu tidak berarti bahwa kesalahannya bisa memulihknya. Beberapa kalangan merasa skeptis tentang permintaan maaf karena takut bahwa ungkapan minta maaf dari Rhee muda itu akhirnya akan menghapus penindasan rezim Rhee pada masa lalu dari pikiran orang. Sejarah tidak boleh dilupakan dengan apa yang telah terjadi, tetapi kejadian itu menjadi kenyataan yang lebih obyektif dan akurat dari peristiwa dalam sejarah untuk generasi ke depan.



KBS /inisajamo