Simbol Untuk Kesetiaan Di Korea, Jeong Mong-ju


Kesetiaan Yang Masih Disampaikan
Biasanya, bangsawan di Korea memiliki tekad kuat tersendiri, sehingga mereka tidak ingin menghindari masalah walaupun menghadapi kesulitan berat. Khususnya, tekad kuat yang tinggi itu terhadap negara disebut sebagai 'kesetiaan' dan diantara pegawai kerajaan yang setia di dalam sejarah Korea yang berusia lebih 5 ribu tahun, seorang tokoh yang setia pada akhir kerajaan Goryeo, yaitu Jeong Mong-ju masih diperingati sebagai simbol untuk kesetiaan di Korea.


Pelopor Di Bidang Neo-konfusianisme
Jeong Mong-ju lahir di Yeongcheon pada tanggal 22 November 1337. Saat Jeong Mong-ju berusia 24 tahun, dia lulus ujian negara tahap pertama, kedua dan ketiga dengan nilai tertinggi, sehingga namanya menjadi terkenal. Setelah itu, dia belajar di bawah sarjana terunggul pada waktu itu bernama Lee Saek dan berupaya untuk mengembangkan konfusianisme dengan naik jabatan tinggi di dalam institut pendidikan tertinggi, Seonggyungwan. Khususnya, saat dia berkuliah di Seonggyungwan, satu-satunya buku konfusianisme adalah buku dinamakan 'Ju-ja-jip-ju' yang menerjemahkan kitab ajaran konfusius, namun isi kuliah dari Jeong Mong-ju hampir sama dengan isi buku konfusius yang dibawa pada kemudian hari, sehingga dia dijuluki sebagai pencipta atau pelopor di bidang neo-konfusianisme di Goryeo.

Menaati Prinsip
Jeong Mong-ju yang mahir dalam Filsafat Zhuzi, yaitu ilmu yang dikembangkan oleh filsuf, Cina bernama Zhu Xi menjalani hidupnya secara benar sesuai dengan ajaran Neo-konfusianisme. Untuk memenuhi tugasnya sebagai pegawai kerajaan, dia berperan sebagai diplomat di Cina dan Jepang walaupun menghadapi tantangan berat. Khususnya, setelah raja Gongmin yang pro-kerajaan Ming, Cina dibunuh, muncul masalah diplomasi dengan Ming karena sejumlah utusan dari Ming dibunuh oleh kelompok pro-kerajaan Yuan, Cina. Namun, Jeong Mong-ju mengatasi krisis lewat penjelasan yang sangat tepat dan benar, sehingga menyelamatkan negara dari kemungkinan pecahnya perang. Selain itu, saat dia dikirim ke Jepang sebagai utusan pada tahun 1377, dia berhasil membawa ratusan tahanan dari Jepang lewat kemampuan berdiplomasinya. Demikianlah, Jeong Mong-ju mengibarkan namanya sebagai diplomat dan menegakkan tekad kuatnya untuk melindungi kerajaan Goryeo setelah terjadinya perselisihan antara kelompok jenderal Choi Yeong yang menuntut perang dengan Ming, dan kelompok Yi Seong-gye yang ingin mengatasi masalah lewat cara diplomasi terhadap permintaan pengembalian teritori utara Goryeo kepada Ming.

Kesetiaan Terhadap Negara Yang Sama Sekali Lenyap
Pada tahun 1392, Jeong Mong-ju menyampaikan surat kepada raja untuk menjaga dinasti Goryeo dengan mengirimkan kelompok pendukung Yi Seong-gye meliputi Jeong Do-jeon, Jo Jun, dll ke tempat pengasingan. Walaupun putra Yi Seong-gye, yaitu Yi Bang-won berupaya untuk membujuk dan memeluk Jeong Mong-ju ke kelompok Yi, namun Jeong Mong-ju bertekad kuat untuk kesetiaan terhadap kerajaan Goryeo. Akhirnya, Yi Bang-won membunuh Jeong Mong-ju di jembatan Seonjuk pada tanggal 4 April 1392. Tiga bulan kemudian, Yi Seong-gye naik tahta dan membentuk negara baru, yaitu Joseon. Namun, kesetiaan Jeong Mong-ju cukup tinggi, sehingga bekas darahnya di atas jembatan tidak hilang dan pohon bambu yang melambangkan kesetiaan juga tumbuh di sekitar jembatan Seonjuk. Demikianlah, kesetiaan dan tekad kuat dari Jeong Mong-ju tetap menjadi sejarah yang tak terhapuskan




Source Kbs News/IniSajaMo@tr

Comments