Biksu Agung Yang Menyampaikan Ajaran Buddha Dari Shilla, Wonhyo

Menyampaikan Agama Buddha Dengan Rendah Diri
Walaupun dia adalah biksu, namun melahirkan putra Seol Chong setelah menikah dengan putri dari raja, yaitu putri Yoseok. Hasil pernikahan itu, Wonhyo tidak dapat menjalani hidupnya sebagai biksu, melainkan hanya bertualangan sambil menari dan menyanyi dengan berkeliling di desa.

Penampilannya terasa aneh, namun lagu yang dia buat berdasarkan pada ajaran agama Buddha berkumandang di seluruh daerah. Ajarannya berisi bahwa jika menghafal nama sang Buddha dengan mulut dan mendengarkan ajaran dari Buddha lewat telinga, siapa saja dapat menjadi Buddha mudah diterima oleh rakyat Shilla. Demikianlah, orang yang membuka ufuk baru untuk mempopulerkan agama Buddha tiada lain adalah biksu Shilla, Wonhyo. 

Memperoleh Kesadaran Setelah Minum Air Di Dalam Tulang
Nama sebenarnya Wonhyo yang lahir pada tahun 617 adalah Seolseodang. Seolseodang yang berbakat tinggi di bidang seni bela diri dan ilmu pengetahuan sejak masih kecil ingin menjadi tentara elit pahlawan Shilla, 'Hwarang'. Namun, dia yang merasa kesal atas kehidupan manusia setelah menyaksikan orang-orang yang tewas dalam medan perang, akhirnya menjadi biksu saat dia berusia 31 tahun. Dia memiliki nama baru sebagai biksu, yaitu Wonhyo yang berarti 'subuh pertama' dan mengibarkan namanya di seluruh daerah.
Untuk memperoleh kesadaran yang lebih luas, dia pergi ke Tang, Cina. Tahun 660, saat dia berusia 45 tahun, dia berangkat ke Tang bersama seorang biksu lain -'Uisang'. Di tengah-tengah menuju Tang, dia menyaksikan kehidupan nyata dari rakyat jelata yang diselimuti dengan kemiskinan, perang, dll. Setelah dia tiba di daerah Hwaseong, Gyeonggi, dia kebetulan menginap satu malam di suatu gua dan minum air yang terkandung dalam sebuah gayung pada malam hari, karena terasa haus di tengah-tengah tidur. Namun, saat dia bangun pada pagi hari, dia merasa mual, karena dia baru menyadari bahwa air yang diminum pada malam hari adalah air yang terkandung dalam tengkorak, bukan gayung. Peristiwa itu membuat Wonhyo berhenti menuju Tang untuk memperoleh kesadaran, karena dia menyadari bahwa segala urusan di dunia ini berbeda sesuai dengan cara berpikir, yaitu tidak ada yang kotor atau bersih dan baik atau buruk di dalam semua obyek di dunia ini.  

Mencari Kebebasan Rohani
Setelah berhenti menuju Tang, dia berupaya untuk mempopulerkan agama Buddha. Dia memperkenalkan agama Buddha yang sulit dipahami oleh rakyat biasa, karena kitab suci yang berbahasa Cina, dengan cara menari atau menyanyi agar rakyat biasa mudah memahaminya. Selain itu, dia memperhatikan untuk menerbitkan buku yang menyampaikan ajaran agama Buddha dan pandangannya yang tidak condong ke satu arah menjadi dinamika untuk menyatukan agama Buddha.

Wonhyo memusatkan pikiran secara lebih aktif untuk membuat buku, tetapi dia menemui ajalnya pada usia 70 tahun. Pandangannya yang dianggap mementingkan keharmonisan dan musyawarah bermanfaat untuk menenangkan hati rakyat yang menderita akibat perang dan mengembangkan agama Buddha di Shilla. Hal itu cukup menjadi alasan bagi Wonhyo untuk dianggap sebagai biksu agung dan mulia di Korea. 

Kbs
InisajaMo

Comments