Sekitar tahun 660, Biksu besar Eusang mengunjungi sebuah daerah berjarak 6 km dari puncak Biro gunung Chiak untuk membangun sebuah kuil. Di sana, ada sebuah kolam besar dan 9 ekor naga tinggal.
Biksu besar ingin membangun kuil di sana dengan menutup
kolam itu, tapi sembilan ekor naga itu menolaknya dengan keras. Oleh
sebab itu, biksu besar dan sembilan ekor naga berkelahi.
Sembilan ekor naga membuat hujan turun sehingga banjir. Seluruh dunia terendam air dan sembilan ekor naga itu telah mengira bahwa biksu besar telah mati akibat banjir. Padahal, biksu besar sedang tidur siang dengan menaiki perahu di bawah salah satu puncak bernama Sirubong.
Sembilan ekor naga membuat hujan turun sehingga banjir. Seluruh dunia terendam air dan sembilan ekor naga itu telah mengira bahwa biksu besar telah mati akibat banjir. Padahal, biksu besar sedang tidur siang dengan menaiki perahu di bawah salah satu puncak bernama Sirubong.
Seketika
sembilan ekor naga itu terkejut dan sedang bingung, biksu besar menulis
sebuah mantra dan melemparnya ke dalam kolam. Air kolam itu mulai
mendidih dan naga-naga itu tidak dapat bertahan lagi. Delapan ekor naga
meninggalkan kolam itu, lalu menuju pantai timur setelah membuat delapan
lembah di puncak Biro dan puncak Cheonji.
Sedangkan seekor naga yang
buta beristirahat dalam air terjun yang terletak di atas kuil utama
Guryongsa, sebelum ke pantai timur.
Sementara biksu besar menutup kolam
bekas tempat tinggal sembilan ekor naga itu dan kemudian membangun kuil
di lokasi tersebut.
Pada zaman dinasti Joseon, kuil Guryongsa mengalami kemunduran sehingga biksu utama cemas. Suatu hari, seorang biksu datang dan mengatakan kalau ingin mengangkat kejayaan kuilnya, perlu memutuskan kekuatan kura-kura. Maka, biksu utama berupaya merintangi kekuatan kura-kura di dalam kuil. Walaupun demikian, kuilnya bahkan mengalami kemunduran.
Beberapa saat
kemudian, seorang biksu tua yang melewati kuil itu mengatakan bahwa
kemunduran kuil itu diakibatkan, karena menghalangi kekuatan kura-kura,
maka perlu menghidupkan kekuatan kura-kura lagi.
Berdasarkan nasihat
biksu tua itu, huruf Gu bermakna, sembilan, huruf pertama dari nama kuil
Guryongsa diganti dengan haruf Gu yang bermakna lain, yaitu kura-kura.
Infromasi Wisata |
Kuil Buddha Gurongsa yang memiliki legenda yang menarik ini terletak di di gunung Chiak di provinsi Kangwon. Kisah legendaris yang dimilikinya itu menjelaskan sikap agama Buddha masuk ke dalam masyarakat bangsa Korea. Biksu besar yang mewakili agama Buddha dapat mengalahkan naga sakti yang melambangkan kepercayaan masyarakat yang tersebar luas pada zaman itu. Namun mengakuinya kesaktian naga yang dapat membuat hujan dan banjir dalam kisah tersebut menggambarkan agama Buddha ingin bekerja sama dan memeluk penganut kepercayaan tersebut.
Source Kbs World
trans IniSajamo