Asal usul Gunung Mai






Pada suatu hari, seorang dewa dan dewi yang tinggal di langit turun ke gunung Mai dan asyik berjalan-jalan di desa sekitarnya sambil mengagumi pemandangan yang indah-indah. Menjelang waktu kembali ke langit, mereka berdua berselisih tentang waktu kepulang mereka. Dipikir-pikir mereka harus ke langit tanpa kelihatan orang, karena mereka adalah dewa-dewi dari langit. Maka, sang dewi menyarankan mereka pulang pada subuh hari sedangkan sang dewa ingin pulang pada malam hari.

Akhirnya, sang dewa mengalah dengan sang dewi dan menentukan pulang subuh hari. Pada subuh harinya, kedua dewa-dewi menuju ke langit dengan menaiki puncak Mai jantan dan betina yang sedang meninggi. Pada saat itulah seorang ibu penghuni desa yang mengambil air sumur kebetulan menyaksikan puncak yang sedang meninggi dan berteriak, "Gunung sedang membesar! menuju ke langit!". 

Gara-gara teriakan ibu itu dewa-dewi terkejut dan menganggap mereka mendapat kemalangan dan tidak bisa kembali ke langit. Sang dewa menjadi marah, maka menendang bagian samping tubuh sang dewi. Sang dewi merasa sakit perut dan membungkukkan punggungnya. Oleh sebab itu, puncak Mai betina menjadi bungkuk. Ketika ditendang, bagian dalam tubuh sang dewi keluar dari perutnya dan mengalir ke bawah sepanjang punggung bukit. Kotoran dalamnya itu menjadi keras dan membentuk puncak kecil di bawah puncak Mai betina.


Infromasi Wisata

Gunung Mai terletak di kabupaten Jinan, provinsi Jeolla Utara. Gunung Mai itu memiliki dua puncak berbentuk telinga kuda dan berpasangan, yaitu puncak Mai jantan dan puncak Mai betina. Gunung Mai itu ditentukan sebagai Taman Nasional Provinsi Jeolla Utara pada tahun 1979 dan Objek Wisata Nasional Terkenal No.12 pada tahun 2003.



Source KBS News World@IniSajaMo