Karena kuil Hwaamsa terletak jauh dari desa penduduk, maka para biksu susah mendapatkan pangan. Pada zaman dahulu, seorang biksu bertapa di kuil itu. Walaupun tidak bisa makan karena kekurangan makanan, tapi biksu itu berdoa dengan sangat rajin. Pada suatu hari, biksu itu tertidur selama berdoa.
Dalam mimpinya, muncullah
Buddha lalu memberikan sebatang tongkat kepada biksu itu dan berkata.
"Pukullah batu itu. Kamu akan mendapat keuntungan." Ketika biksu itu
terbangun karena kaget, dia dapat menemui sebatang tongkat di sisinya.
Hari esoknya, biksu itu membawa tongkat ke tempat batu besar itu dan
memukul batu itu satu kali. Seketika itu, beras untuk cukup dimakan
sekali keluar dari batu itu. Biksu itu berpikir 'inilah rezki untuk saya
dari Buddha'. Kemudian, biksu itu menanak nasi dengan beras yang
diambil dari batu itu pada setiap saat makan. Biksu itu dapat terlepas
dari kekhawatiran akan pangan dan bertapa dengan sungguh-sungguh selama
beberapa tahun. Akhirnya, dia menjadi biksu besar.
Setelah pengalaman biksu itu tersebarluaskan, maka biksu-biksu mendatangi kuil tersebut dari pelosok negari. Mereka mengira ada beras di dalam batu itu, sehingga melubangi batu itu dengan tongkat besi. Namun yang keluar dari batu itu adalah darah, bukan beras. Semenjak itu, beras tidak keluar dari batu tersebut.
Infromasi Wisata |
Batu yang berkisah legendaris itu ada di bagian selatan seberang Kuil Hwaamsa di Kabupaten Goseong, Provinsi Gangwon. Batu raksasa bernama Subawi memiliki sebuah kubangan besar di bagian atasnya dan diketahui tidak pernah kehabisan air di dalamnya. Sebab itu air itu selalu diambil untuk dipakai pada acara selamatan untuk berdoa hujan turun pada saat musim kemarau.
Kbs@IniSajaMo