10 tahun setelah pertempuran kedua Yeongpyeong antar-Korea

 
Tanggal 29 Juni tahun ini menandai ulang tahun kesepuluh terjadinya pertempuran laut kedua Yeonpyeong pada 29 Juni 2002. Ketika seluruh Korea Selatan diselimuti oleh demam Piala Dunia Worldcup Korea-Jepang, dua kapal patroli Korea Utara di dekat batas garis utara di laut barat tiba-tiba melancarkan tembakan terhadap speedboat Korea Selatan -Chamsuri-357, yang bertugas melakukan patroli di kawasan laut itu. Dengan serangan mendadak itu, kedua belah pihak dari Angkatan Laut mereka melakukan baku tembak selama 30 menit.


Setelah pertempuran sengit yang berlangsung sekitar 30 menit, kapal-kapal Korea Utara akhirnya mundur, dengan salah satu kapal dari mereka rusak parah dan sebanyak 30 pasukan militer Korea Utara diyakini telah tewas atau terluka. Serangan kapal Korea Utara itu juga mengorbankan 6 nyawa para pelaut Korea Selatan, termasuk Mayor Yoon Yeong-ha.

Bahkan setelah pertempuran maritim pada tahun 2002, Korea Utara sering melakukan infiltrasi masuk ke batas garis utara. Pada tahun 2010, 46 pelaut Korea Selatan tewas karena penenggelaman kapal Angkatan Laut Korea Selatan -Cheonan. Pada November tahun sama, artileri Korea Utara membombardir pulau Yeonpyeong, menimbulkan korban militer dan sipil. Kalau demikian, mengapa Korea Utara melakukan provokasi terus-menerus di dekat garis batas utara di laut barat?

Ada dua alasan utama. Pertama, batas perbatasan di Laut Kuning belum disepakati oleh Korea Selatan dan Korea Utara. Garis batas utara adalah batas laut yang telah ditetapkan oleh perintah PBB pada waktu akhir perang Korea, sebagai batas bahwa kapal-kapal Korea Selatan dilarang melintas di atas garis ke utara dan sebaliknya. Tetapi secara de-facto, perbatasan laut telah berada dalam situasi konflik antara kedua pihak, karena hal ini tidak diakui oleh Korea Utara.

Bentrokan Angkatan Laut terjadi cukup sering di barat laut, karena perairan ini subur akan kepiting dan karena itu dianggap berguna secara ekonomis. Ini adalah tugas Angkatan Laut Korea Selatan untuk melindungi perahu nelayan lokal di daerah itu. Tetapi, perahu nelayan Korea Utara cenderung berlayar ke selatan selama musim kepiting. Dengan kehadiran ini sering menimbulkan konfrontasi antara Angkatan Laut Korea Selatan dan Korea Utara.




Source : http://world.kbs.co.kr/indonesian/TR