Pada zaman dinasti Joseon di tepi sungai
Namipo di daerah Yeongyang, tinggallah dua orang kakak beradik yang
dilahirkan seekor naga. Mereka masing-masing bernama Aryong dan Jaryong.
Kegagahan dan kebijaksanaan mereka berdua itu luar biasa. Malah, mereka
memiliki kekuatan ajaib juga. Namun, mereka menyiksa penduduk desa
Yeongyang dengan melakukan bermacam-macam perbuatan jahat. Namun tidak
ada jalan dan orang untuk menangkap mereka. Barisan tentara yang dikirim
oleh bupati pun dikalahkan oleh mereka. Akhirnya, Aryong dan Jaryong
yang penuh dengan rasa percaya diri sampai menjadi sombong merencanakan
pemberontakan untuk merebut kedudukan raja.
Untuk memusnahkan kedua anak keturunan naga yang jahat itu, raja mengirimkan barisan tentara yang dipimpin jenderal Nami. Ketika jenderal Nami bersama dengan prajurit-prajuritnya tiba di daerah Yeongyang, Aryong berteriak bahwa dia akan menjadi raja, maka Nami disuruh untuk tunduk kepadanya demi keselamatan. Padahal jenderal Nami bersahut kepadanya untuk berdiam dan mengajak berperang. Aryong dan Jaryong segera melayangkan diri ke langit dengan tersenyum jahat
Jenderal Nami
juga ikut terbang ke mereka dengan menaiki kuda naga, lalu mulai
berperang. Para prajurit dan penduduk di tanah hanya memandang ke langit
untuk menyaksikan pertempuran itu, tapi tidak bisa melihat apa-apa
selain mendengar bunyi pedang dan teriakan. Tidak lama kemudian, kepala
Aryong jatuh ke atas tanah. Jaryong yang ketakutan mau melarikan diri,
tapi jenderal Nami tidak membolehkan dan memotong kepalanya juga.
Jenderal Nami yang menang dalam pertempuran itu tertawa, lalu mengukir
wajahnya pada permukaan tebing dengan ujung pedangnya.
Penduduk sedesa Yeongyang baru merasa tenang dan gembira, karena kedua perampok keturunan naga yang jahat itu dibunuh oleh jenderal Nami.
Sebelum pulang ke ibukota Hanyang, jenderal Nami memeriksa bentuk geografis daerah itu, lalu meyakini, dia harus memindahkan arus air sungai itu agar kaum yang merencanakan pemberontakan tidak akan muncul lagi. Dia memotong bukit dengan pedangnya untuk memindahkan arus air sungai itu. Bukit yang dipotong itu disebut Seonbawi. Sementara sungai dimana pertempuran tersebut terjadi dinamai Namipo dengan mengambil nama jendera Nami itu.
Infromasi Wisata |
Source :kbsworld/IniSajaMo
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah memberikan komentar dihalaman IniSajaMo