Pemahat yang bernasib malang, Kwon Jin-gyu


 Pemahat yang bernasib malang, <strong>Kwon Jin-gyu</strong>

Pemahat yang menorehkan tinta emas di dunia seni pahat modern Korea

Saat fakultas seni lukis Musashino, Jepang mempersiapkan acara pameran untuk memperingati genap 80 tahun pendirian universitasnya pada beberapa tahun sebelumnya, ada seorang pemahat asal Korea yang terpilih dengan suara bulat oleh para mahasiswa dan profesor.

Dia tiada lain adalah Kwon Jin-gyu. Dengan demikian, Kwon Jin-gyu menjadi pemahat pertama asal Asia yang diperingati oleh universitas tersebut melalui acara pameran. Hal tersebut disebabkan karena Kwon Jin-gyu pernah belajar di fakultas seni lukis Universitas Musashino mulai pada tahun 1949 hingga tahun 1953. Selain itu, hal tersebut juga menunjukkan bahwa Kwon Jin-gyu menorehkan tinta emas di dalam sejarah seni lukis modern Korea. Namun, Kwon Jin-gyu mengakhiri hidupnya di studionya dalam usia 51 tahun. Nah, siapa sosok Kwon Jin-gyu? 



Belajar mahat di Jepang

Kwon Jin-gyu lahir di Hamheung, provinsi Hamgyeong Selatan. Ayahnya mengelola perusahaan, sehingga dia tumbuh di dalam keadaan kaya. Sejak masih kecil, dia suka bermain dengan tanah. Namun, Kwon Jin-gyu yang lemah pada masa kecil pernah tinggal di kota Chuncheon, provinsi Gangwon selama beberapa tahun demi kesehatan. Pada masa penjajahan Jepang, Kwon Jin-gyu direkrut secara paksa oleh Jepang agar bekerja di toko besi. Pada waktu itu, dia mendapat pendidikan seni lukis di studio privat di Tokyo, Jepang. 


Beberapa tahun kemudian, Kwon Jin-gyu yang menyelundup ke Korea Selatan pada tahun 1944 tinggal di Seoul dan mendapat pendidikan seni lukis. Pada tahun 1947, Kwon Jin-gyu kembali ke Jepang dan masuk universitas Musashino. Di sana, dia mempelajari seni pahat atau patung dari Shimizu yang memimpin dunia pahat Jepang. Shimizu belajar seni patung di bawah Bourdelle, sehingga Kwon Jin-gyu juga mendapat banyak pengaruh dari Bourdelle. 





Mencari jawaban mengenai keabadian

Kwon Jin-gyu berpendapat bahwa dia dapat membuat karya lebih unggul dengan mempelajari model secara berulang kali. Dia yakin bahwa keadaan mental tercermin di dalam karya. Dari segi itu, model terbaik untuk membuat karya yang terasa sempurna adalah penampilan diri. Dia mencari model untuk membuat patungnya diantara kenalan atau anak didiknya.

Karya yang ditinggalkan oleh Kwon Jin-gyu mengekspresikan sesaat dari kehidupan. Karya seperti itu diibaratkan dengan mencari kebenaran untuk mendapat jawaban mengenai keabadian. Dia membuat patung berbentuk orang, kuda, ayam, dll. dengan membakar tanah, dan berupaya untuk mengekspresikan penyatuan mental antara pemahat dan model tanpa hiasan berlebihan. Karyanya seperti patung “Self-Sculpture,” “The Girl’s Face” dan “The Statue of a Woman” dinilai meningkatkan standar seni pahat Korea.

Dia sering membuat karya seni dengan menggunakan proses tanah liat atau terracotta. Melalui proses itu, karyanya dapat tersimpan awet karena dibuat dengan tanah. Setelah dibuat dari tanah, karya terbuat dari tanah itu langsung dibakar tanpa diglasir. Demikianlah, Kwon Jin-gyu tetap menggunakan proses terracotta tersebut hingga tahun 1960-an. Namun, proses terracotta agak bermasalah saat karya tidak dibakar secara memamdai. Oleh karena itu, saat karya Kwon Jin-gyu dibawa ke Korea dari Jepang untuk mengadakan acara pameran, karya itu sulit dijaja dan disimpan secara utuh.

Pemahat yang bernasib malang bunuh diri

Kwon Jin-gyu membuka acara pameran pribadi pertama pada tahun 1965. Pada waktu itu, dia gagal untuk menarik perhatian di dunia seni lukis Korea, namun 3 tahun kemudian, dia mendapat evaluasi tinggi di dunia seni lukis Jepang melalui acara pameran pribadi kedua. Pada tahun 1971, acara pameran pribadi ketiga Kwon Jin-gyu diadakan di Galeri Myeongdong dengan menyebarkan undangan untuk kali pertama. Namun, akibat penderitaan mental dan penyakit, dia melakukan bunuh diri pada tahun 1973, dan acara pameran memorial untuk memperingati 1 tahun kematiannya dibuka di Galeri Myeongdong, Seoul pada tahun 1974. 




Source:kbs

Comments