Sekitar 1.500 tahun lalu, ada seorang anak bernama Daeseong tinggal di desa Moryangri di kerajaan Shilla. Karena kemiskinan yang menimpa keluarganya, dia mencari nafkah dengan bekerja di rumah lainnya. Setelah dia mendengarkan khotbah Sang Buddha secara kebetulan, diapun menyumbangkan satu-satunya ladang yang dimilikinya dengan cara membujuk ibunya agar mendapatkan keberuntungan. Akan tetapi bukan keberuntungan yang didapat, melainkan Daeseong meninggal secara tiba-tiba tanpa mendapatkan keberuntungan apapun. Sesaat setelah masa itu, seorang anak baru lahir di rumah Perdana Menteri di desa tetangga Moryangri.
Pada waktu itu, terdengar ungkapan dari langit yang memberi pesan untuk menitipkan seorang anak bernama Daeseong dari desa Moryangri di rumah Perdana Menteri. Di telapak tangan bayi itu, terdapat nama Daeseong. Mendengar pesan tersebut, Perdana Menteri membesarkan bayi itu dengan membawa ibu Daeseong yang telah tinggal di Moryangri.
Bagaimanakah selanjutnya? Apakah kita dapat mengatakan Daeseong mendapatkan keberuntungan setelah menyumbangkan ladangnya? Daeseong menempatkan sebuah bangunan yang agung untuk membalas kebaikan orang tua baik pada kehidupan sebelumnya maupun pada masa kini. Itulah kisah di balik dibangunnya Kuil Bulguk dan Gua Seokgul.
Kim Dae-seong yang dibesarkan sebagai putra dari Perdana Menteri membangun Kuil Bulguk untuk orang tua pada saat ini, dan membangun Gua Seokgul untuk orang tua pada kehidupan sebelumnya. Gunung Toham yang menempatkan Kuil Bulguk dan Gua Seokgul adalah tempat yang dianggap ajaib oleh masyarakat Shilla. Hingga kini, gunung tersebut masih memiliki pemandangan indah. Kuil Bulguk dan Gua Seokgul memiliki patung indah dan ukiran yang dibuat dengan batu granit. Sebenarnya, kuil berbentuk gua sangat populer di India karena udara di sana sangat panas. Gua di India seperti Ajanta, dan Elura sangat terkenal, dan kebiasaan serupa itu diperkenalkan ke Shilla melalui Cina. Yang berbeda adalah masyarakat Shilla membuat gua dengan memanfaatkan batu granit. Khususnya, penampilan patung Buddha di Gua Seokgul terasa terunggul di dunia. Di Kuil Bulguk, Pagoda Seokgga dan Pagoda Dabo sangat terkenal.
Pada masa lalu, banyak siswa yang menuju ke kota bersejarah Gyeongju serta mengunjungi Kuil Bulguk dan Gua Seokgul sebagai tempat wisata belajar. Namun, kelihatannya Gua Seokgul beukuran kecil dibandingkan dengan pamornya. Bahkan, Gua Seokgul ditutupi kaca untuk melindungi warisan budaya, sehingga pengunjung merasa kecewa karena tidak dapat menyaksikannya secara jelas dari jarak terdekat sekalipun. Namun, banyak yang mengatakan bahwa nuansa Gua Seokgul berbeda jika mengunjungi kembali di kemudian hari ketika mereka berusia lebih lanjut. Alasannya adalah karena mereka baru menyadari bahwa Kuil Bulguk dan Gua Seokgul adalah tempat untuk mawas diri dan memperhatikan orang lain, bukan hanya tempat hiburan. Ketika mereka mencoba merasakan emosi masyarakat di era Shilla seribu tahun lalu, mereka baru menemukan penampilan Kuil Bulguk dan Gua Seokgul yang sebenarnya.
Source :kbs
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah memberikan komentar dihalaman IniSajaMo