Taekwondo yang kita
kenal sekarang mempunyai sejarah yang sangat panjang seiring dengan
perjalanan sejarah Bangsa Korea, dimana beladiri ini berasal. Sebutan
Taekwondo sendiri baru dikenal sejak tahun 1954, merupakan modifikasi
dan penyempurnaan dari berbagai beladiri tradisional Korea.
Taekwondo di Indonesia semakin populer sejak dipromosikan secara besar-besaran oleh Saseong Nim Daxon Joetandi (Dan VII Kukkiwon), seorang bankir profesional yang terkenal sebagai pemegang sabuk hitam termuda di Indonesia sejak berumur 7 tahun.
Dalam bahasa Korea, hanja untuk Tae berarti "menendang atau menghancurkan dengan kaki"; Kwon berarti "tinju"; dan Do berarti "jalan" atau "seni". Jadi, Taekwondo dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai "seni tangan dan kaki" atau "jalan" atau "cara kaki dan kepalan". Popularitas taekwondo telah menyebabkan seni ini berkembang dalam berbagai bentuk. Seperti banyak seni bela diri lainnya, taekwondo adalah gabungan dari teknik perkelahian, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan, dan filsafat.
Meskipun ada banyak perbedaan doktriner dan teknik di antara berbagai organisasi taekwondo, seni ini pada umumnya menekankan tendangan yang dilakukan dari suatu sikap bergerak, dengan menggunakan daya jangkau dan kekuatan kaki yang lebih besar untuk melumpuhlan lawan dari kejauhan. Dalam suatu pertandingan, tendangan berputar, 45 derajat, depan, kapak dan samping adalah yang paling banyak dipergunakan; tendangan yang dilakukan mencakup tendangan melompat, berputar, skip dan menjatuhkan, seringkali dalam bentuk kombinasi beberapa tendangan. Latihan taekwondo juga mencakup suatu sistem yang menyeluruh dari pukulan dan pertahanan dengan tangan, tetapi pada umumnya tidak menekankan grappling (pergulatan).
Latar belakang sejarah perkembangan Taekwondo dapat dibagi dalam 4 kurun waktu, yaitu :pada masa kuno, masa pertengahan, masa modern dan masa sekarang.
1.Masa Kuno
Asal Mula Taekwondo
Pada dasarnya manusia
mempunyai insting untuk selalu melindungi diri dan hidupnya, hal ini
secara di sengaja maupun tidak akan memacu aktivitas fisiknya sepanjang
waktu. Manusia dalam tumbuh dan berkembang tidak dapat lepas dari
kegiatan / gerakan fisiknya, tanpa menghiraukan waktu dan tempat. Pada
masa kuno manusia tidak punya pikiran lain untuk mempertahankan dirinya
kecuali dengan tangan kosong, hal ini secara alamiah mengembangkan
teknik-teknik bertarung dengan tangan kosong.
Pada
saat kemampuan bertarung secara tangan kosong dikembangkan sebagai
suatu cara untuk menyerang dan bertahan, digunakan pula untuk membangun
kekuatan fisik seseorang, bahkan dijadikan pertunjukan dalam acara
ritual. Manusia mempelajari teknik-teknik bertarung didapat dari
pengalamannya melawan musuh-musuhnya. Inilah yang diyakini menjadi dasar
seni beladiri Taekwondo yang kita kenal sekarang, dimana pada masa
lampau dikenal sebagai Subak, Taekkyon, Takkyon, maupun beberapa nama lainnya.
Pada
asal mula sejarah Semenanjung Korea, ada 3 suku bangsa / kerajaan yang
mempertunjukkan kontes seni beladiri pada acara ritualnya. Ketiga
kerajaan ini saling bersaing satu sama lain, ketiganya adalah Koguryo, Paekje, dan Silla,
semuanya melatih para ksatria untuk dijadikan salah satu kekuatan
negara, bahkan para ksatria yang tergabung dalam militer saat itu,
menjadi warga negara yang mempunyai kedudukan yang sangat terpandang.
Menurut catatan, kelompok ksatria muda yang terorganisir seperti
"Hwarangdo" di Silla dan "Chouisonin" di Koguryo, semuanya menjadikan
latihan seni beladiri sebagai salah satu subyek penting yang harus
dipelajari. Sebuah buku tentang seni beladiri yang disebut "Muye Dobo
Tongji" menyebutkan : " (Taekwondo) Seni pertarungan tangan kosong
adalah dasar dari seni beladiri, yang membangun kekuatan dengan melatih
tangan dan kaki hingga menyatu dengan tubuh agar dapat bergerak bebas
leluasa, sehingga dapat digunakan saat menghadapi situasi yang kritis,
berarti ( Taekwondo ) dapat digunakan setiap saat ".
Gambar di atas adalah lukisan dinding yang ditemukan pada langit - langit kuburan kerajaan Muyong - chong jaman dinasti Koguryo, yang menggambarkan 2 orang yang sedang mempraktekkan beladiri ( Taekwondo kuno ) |
Koguryo yang berdiri pada 57 tahun sebelum masehi di semenanjung Korea
bagian utara, membentuk kesatuan para ksatria tangguh yang disebut
'Sonbae', yang artinya laki - laki yang bersifat baik dan tak pernah
takut dalam bertarung / perang. Dalam buku sejarah disebutkan bahwa saat
Dinasti Chosun Kuno memerintah , tanggal 10 Maret setiap tahunnya pada
hari raya Koguryo, masyarakat merayakannya dengan acara - acara kontes
tarian pedang, memanah, subak ( Taekkyon ) dan sebagainya. Kontes Subak (
Taekyon ) sebutan untuk Seni beladiri Taekwondo pada masa itu adalah
salah satu kegiatan yang sangat populer. Penemuan beberapa lukisan di
dinding makam kerajaan Muyong - chong pada zaman dinasti Koguryo, yang
menggambarkan 2 orang yang saling bertarung dalam sikap Takkyon (
Taekwondo ), membuktikan bahwa seni beladiri yang sekarang kita kenal
sebagai Taekwondo telah dipraktekan sejak 2000 tahun yang lalu di
Semenanjung Korea.
Kerajaan Shilla berdiri pada tahun 57 sebelum masehi di tenggara
semenanjung Korea, secara geografis tidak terancam dari luar, tetapi
dengan berdirinya Kerajaan Pakje di sisi barat dan awal serbuan dari
Koguryo dari utara maka Kerjaan Shilla mempersenjatai diri dengan
meningkatkan kemampuan seni beladiri yang berkembang saat itu.
"Hwarangdo" adalah tipe beladiri dari Shilla yang merupakan asimilasi
dari sistem beladiri "Sonbae" dari Koguryo. Anggota - anggota Hwarang
berlatih keras dengan semboyannya yang terkenal yaitu bakti kepada orang
tua, setia pada negara & bangsa, dan pantang mundur dalam perang.
Kim Yu Sin dan Kim Chun Chu adalah orang - orang yang memberikan
sumbangan besar bagi penyatuan tiga kerajaan di Semenanjung Korea. Dalam
catatan peristiwa dari Chosun melukiskan kehidupan para Hwarang,
sebutan bagi para ksatria yang mempelajari Hwarangdo, para Hwarang
diseleksi oleh kerajaan, dan setelahnya mereka hidup dan berkumpul dalam
kelompok menurut yang mereka pelajari, seperti Subak ( bentuk dari
Taekwondo kuno ), bermain pedang, berkuda dan bermain "Sirum" / gulat
gaya Korea. Diwaktu damai, hwarang bekerja melayani masyarakat, membantu
keadaan darurat, membangun jalan & benteng, dan siap mengorbankan
hidupnya saat berperang.
Hwarang sangat
dipengaruhi oleh disiplin agama Budha, dapat dilihat di Kyonju Museum
sangat jelas ditunjukan bahwa seni beladiri ini dipraktekan di kuil -
kuil, digambarkan dengan adegan laki - laki yang tampak kuat dalam sikap
menyerang dan bertahan dengan tangan kosong. Sikap yang ditampilkan
sangat menarik adalah sikap Kumgang Yoksa yang sama dengan sikap pada
beladiri Taekwondo sekarang.
Seperti yang
terlihat pada gambar, terdapat patung dua ksatria yang sedang dalam pose
/ sikap beladiri Kumgang Yoksa, yang terdapat pada gua Sokkuram di
Kyongju, yang berasal dari abad ke-7. Ini membuktikan bahwa pada masa
kerajaan Shilla, "Subak" dan "Taekkyon" tampak / muncul bersamaan, dan
keduanya menandakan bahwa teknik - teknik tangan dan kaki tersebut
dipakai dalam Taekwondo sekarang ini.
Gambar di atas adalah patung 2 ksatria yang sedang dalam pose / sikap beladiri Kumgang Yoksa, yang terdapat pada gua Sokkuram di Kyongju, yang berasal dari abad ke 7. |
Seni bela diri Taekkyon yang populer di Koguryo, ternyata tertulis juga di Shilla, dibuktikan dengan :
- "Hwarang" ( Sonrang ) di Shilla mempunyai arti kata yang sama dengan "Sonbae" di Koguryo jika ditinjau dari sudut etymology.
- Keduanya memiliki sistem organisasi dan hirarki yang sama.
- Menurut catatan sejarah, Sonbae di Koguryo digunakan dalam kompetisi Taekkyon saat perayaan nasional, Hwarang di Shilla juga memainkan Taekkyon ( Subak, Dokkyoni, atau Taekkoni ) dalam perayaan seperti "palkwanhoe" dan "hankawi".
Hal ini menunjukkan
perkembangan secara sistematis teknik beladiri kuno ke Taekkyon / Sonbae
yang menjadi dasar seni beladiri di Korea sekitar 200 tahun sesudah
masehi. Mulai abad ke-4 sesudah masehi seni beladiri ini makin
memasyarakat dan berkembang melalui sekolah / perguruan seni beladiri
dengan berbagai kelompok teknik tangan kosong dan kaki.
Pada Dinasti
Koryo ( 918 sampai 1392 Masehi ) yang mana penyatuan Semenanjung Korea
setelah Shilla, Taekkyon berkembang sangat sistematis dan merupakan mata
ujian penting untuk seleksi ketentaraan. Teknik Taekkyon tumbuh menjadi
senjata yang efektif untuk membunuh. Pada permulaan Dinasti Koryo,
kemampuan beladiri menjadi kualifikasi untuk merekrut personel
ketentaraan sebab kerajaan membutuhkan kemampuan pertahanan yang kuat
setelah penaklukan seluruh semenanjung Korea. Kemampuan dalam beladiri
Taekkyon sangat menentukan pangkat seseorang dalam ketentaraan. Raja -
raja pada dinasti Koryo sangat tertarik pada kontes Taekkyon yang
disebut "Subakhui", yang populer juga dimasyarakat dan dijadikan ajang
perekrutan tentara. Namun pada akhir pemerintahan Dinasti Koryo ketika
penggunaan senjata api mulai dikenal, membuat dukungan terhadap kemajuan
beladiri berkurang jauh.
3. Masa Modern
Pada masa modern Korea, saat
Dinasti Chosun ( Yi ) pada tahun 1392 sampai 1910, Kerajaan Korea dan
zaman penjajahan Jepang sampai tahun 1945, Subakhui dan Taekkyon -
sebutan Taekwondo pada saat itu - mengalami kemunduran dan tidak
mendapat dukungan dari pemerintah yang memodernisasi tentaranya dengan
senjata api. Dinasti Yi yang didirikan dalam ideologi Konfusius, lebih
mementingkan kegiatan kebudayaan daripada seni beladiri.
Kemudian,
saat raja Jungjo setelah invasi oleh Jepang pada tahun 1952, pemerintah
kerajaan membangun kembali pertahanan yang kuat dengan memperkuat
latihan ketentaraan dan praktek seni beladiri. Seputar periode ini,
terbit sebuah buku tentang ilustrasi seni beladiri yang diberi judul
Muyedobo - Tonji, yang memuat gambar - gambar dan ilustrasi yang mirip /
menyerupai bentuk / sikap ( Poomse ) dan Gerakan Dasar ( Basic Movement
) Taekwondo sekarang, namun tentunya hal ini tak dapat diperbandingkan
begitu saja dengan Tae Kwon Do saat ini yang telah dimodernisasi dengan
penelitian yang berdasarkan ilmu pengetahuan modern ( Scientific
Studies). Akan tetapi , saat penjajahan Jepang semua kesenian rakyat
(termasuk Taekkyon) dilarang untuk menekan rakyat Korea. Seni beladiri
Taekkyon hanya diajarkan secara sembunyi oleh para master beladiri
sampai masa kemerdekaan pada tahun 1945.
4. Masa Sekarang
Seiring dengan kemerdekaan
Korea dari penjajahan Jepang, konsep baru tentang kebudayaan dan tradisi
mulai bangkit. Banyak para ahli seni beladiri mendirikan sekolah /
perguruan beladiri . Dengan meningkatnya populasi dan hubungan kerjasama
yang baik antar perguruan beladiri, akhirnya diputuskan menyatukan
berbagai nama seni beladiri mereka dengan sebutan : Tae Kwon Do, pada
tahun 1954. Pada 16 September 1961 sempat berubah menjadi Taesoodo.
Namun kembali menjadi Tae Kwon Do dengan organisasi nasionalnya bernama
Korea Tae Kwon Do Association ( KTA ) pada tanggal 5 Agustus 1965, dan
menjadi anggota Korean Sport Council.
Pada era
tahun 1965 sampai 1970 an, KTA banyak menyelenggarakan berbagai acara
pertandingan dan demonstrasi untuk berbagai kalangan pada skala
nasional. Tae Kwon Do berkembang dan menyebar dipelbagai kalangan,
hingga diakui sebagai disiplin / program resmi oleh Pertahanan Nasional
Korea, menjadi olahraga wajib bagi tentara dan polisi. Tentara Korea
yang berpartisipasi dalam perang Vietnam dibekali keahlian Tae Kwon Do,
pada saat itulah Tae Kwon Do mendapatkan perhatian besar dari dunia.
Nilai lebih ini menjadikan Tae Kwon Do dinyatakan sebagai olahraga
nasional Korea.
Pada tahun 1972, Kukkiwon didirikan, sebagai markas besar Tae Kwon Do, hal ini menjadi penting
bagi pengembangan Tae Kwon Do keseluruh dunia. Kejuaran dunia Tae Kwon
Do yang pertama diadakan pada tahun 1973 di Kuk Ki Won, Seoul, Korea
Selatan, sampai saat ini kejuaraan dunia rutin dilaksanakan setiap 2
tahun sekali. Disamping itu , untuk meningkatkan kualitas Instruktur Tae
Kwon Do diseluruh dunia, Kukkiwon membuka Tae Kwon Do Academy, yang
mulai tahun 1998 telah membuka Program pelatihannya bagi Instruktur Tae
Kwon Do dari seluruh dunia. Kuk Ki Won, sebagai markas besar Tae Kwon Do
Dunia, disinilah pusat penelitian dan pengembangan Tae Kwon Do,
Pelatihan para Instruktur , sekretariat promosi ujian tingkat
internasional.
Pada 28 Mei 1973, The World Tae
Kwon Do Federation ( WTF ) didirikan, dan sekarang telah mempunyai 156
negara anggota dan Tae Kwon Do telah dipraktekan oleh lebih dari 50 juta
orang diseluruh penjuru dunia, dan angka ini masih terus bertambah
seiring perkembangan Tae Kwon Do yang makin maju dan populer. Tae Kwon
Do telah dipertandingkan diberbagai pertandingan multi even diseluruh
dunia, dan Tae Kwon Do telah dipertandingkan sebagai ekshibisi pada
Olympic Games 1988 Seoul dan telah dipertandingkan sebagai cabang
olahraga resmi di Olympic Games 2000, Sydney.
|
---|
Tiga materi dalam latihan
|
---|
Pukulan
|
---|
Tendangan
Tangkisan
|
---|
IniSajaMo Center #Taekwondo Indonesia#wikipedia |
---|